Semarang (Kemenag) — Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren menggelar kegiatan Workshop Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama bagi Santri dan Mahasantri. Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Ma’had ‘Aly, Mahrus, menyampaikan bahwa workshop ini akan terbagi menjadi dua kelas dan dua sesi yang dimulai besok pagi. Kelas pertama diperuntukkan bagi mahasantri, sementara kelas kedua untuk dosen Ma'had Aly yang akan menulis tentang "wasathiyah" berdasarkan 9 fan ilmu keislaman Ma'had Aly.
Program ini dilatarbelakangi oleh kekayaan turos pesantren yang masih berserakan. Program ini bagian dari implementasi kebijakan urgensi Wawasan kebangsaan bagi masyarakat.
Program ini tidak berhenti di sini, lanjut Mahrus, jika para kyai sudah mulai menulis, mereka akan lebih mudah mengikuti program yang telah dibuka. Mereka hanya perlu melanjutkan menulis dan berdiskusi untuk mencari referensi lebih banyak lagi, khususnya dalam konteks tulisan mengenai khazanah Islam terkait Wasathiyah (moderasi beragama).
“Dengan demikian, akan ada tulisan moderasi beragama yang khas dari Direktorat PD Pontren, dari pesantren, oleh pesantren, tetapi untuk dunia,” tukasnya.
Selanjutnya, kata Mahrus, kegiatan ini bertujuan untuk membangun gagasan yang nantinya dapat dikerjasamakan dengan pihak lain, serta mengadakan diskusi tentang keilmuan dalam Islam.
Plt. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghafur menekankan pentingnya para santri memiliki agenda untuk menyampaikan contoh baik terkait moderasi beragama. Dia mengutip hadis yang menyebut pentingnya membawa agama yang toleran (samhah) sebagai indikator moderasi beragama.
"Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang mencerminkan keberpihakan kepada kemanusiaan," jelasnya saat menyampaikan arahan pada agenda Workshop Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama bagi Santri dan Mahasantri di Semarang (20/05)
Pria asal Cirebon ini juga menekankan bahwa dalam pesantren harus dihindari segala bentuk kekerasan dan selalu beradaptasi dengan perubahan.
"Pesantren harus menjaga ukhuwah terutama di tengah perbedaan pilihan, terutama dalam kontestasi politik," tambahnya.
Peserta workshop ini diharapkan menjadi juru bicara di pesantren masing-masing, menyampaikan apa yang diperoleh kepada santri yang tidak hadir, sehingga moderasi beragama tidak hanya menjadi perbincangan, tetapi menjadi praktik yang konkret.
Di penghujung acara, Waryono menyampaikan rasa terima kasih kepada Gus Lukman dari Pondok Pesantren Termas yang telah hadir membersamai teman-teman mahasantri pada diskusi memperkuat wasathiyah, moderasi beragama kali ini.
“Semoga mahasantri mendapatkan berkah, ilmu, dan informasi yang baik untuk masa depan, sehingga dapat berkontribusi bagi pengembangan pesantren, negara, dan bangsa," tutupnya.
Peserta mahasantri ini dipilih oleh Presnas DEMA AMALI, yang baru saja mengadakan kongresnya. Adapun para penulis yang hadir ini direkomendasikan Asosiasi Mahad Aly Indonesia (AMALI). Turut menjadi narasumber juga Ketua AMALI dan beberapa pengurus terasnya.
Bagikan: