Serpong (Pendis) - "Dalam melaksanakan program bantuan, pejabat Kementerian Agama harus mendasarkannya atas kematangan visi dan sikap altruistik sehingga akan dirasakan kenyamanan dan kesungguhan dalam bekerja," demikian papar Plt. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Imam Safei, dalam kegiatan "Persiapan Penyelenggaraan Program Indonesia Pintar Pendidikan Keagamaan Islam" yang dilaksanakan di Hotel Sol Marina Serpong, 15-17 Maret 2017. Kegiatan itu dihadiri oleh pejabat di lingkungan Subdit Pendidikan Diniyah dan Ma`had Aly serta penanggung jawab Program Indonesia Pintar Kanwil Kementerian Agama seluruh Indonesia.
Menurut Plt. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan salah satu wujud kehadiran negara dalam memberikan bantuan kepada santri pondok pesantren yang mengalami kesulitas secara ekonomi sehingga para santri dapat melanjutkan proses pendidikannya dengan baik. Program ini merupakan implementasi dari mandatory atau program prioritas pemerintah sehingga harus benar-benar dilaksanakan dengan semestinya.
Dalam kesempatan itu, pejabat yang merangkap sebagai Direktur Pendidikan Agama Islam ini menyatakan bahwa terdapat sejumlah bantuan di lingkungan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren baik yang bersifat karikatif, imbal swadaya, maupun bantuan yang didasarkan atas prestasi. Untuk program yang bersifat karitatif, seperti bantuan PIP, tampaknya perlu dilakukan evaluasi dampaknya. "Kita seringkali abai terhadap evaluasi seberapa besar dampak yang ditimbulkan atas program yang kita selenggarakan," papar Imam Safei. Sementara bantuan imbal swadaya cenderung mudah untuk melihat dampaknya. "Tidak sedikit bantuan imbal swadaya ini yang semestinya hanya untuk 1 lokal ternyata bisa digunakan menjadi 2 atau 3 lokal, karena pimpinan pesantren menggunakan dana pribadinya untuk pembangunan lokal itu," papar pria kelahiran 27 September 1965 ini.
Untuk program yang didasarkan atas prestasi, PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) merupakan program unggulan di lingkungan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren. Program ini dilakukan untuk memberikan fasilitas secara konret kepada para santri yang memiliki keunggulan akademik. "Program ini awalnya didesain dengan visi besar untuk mengubah takdir bangsa 2025. Kami ingin para santri yang mendapatkan bantuan PBSB ini pada akhirnya nanti dapat berperan dan berkiprah pada kunci-kunci pembangunan. Ada yang menjadi menteri, gubernur, tokoh bangsa, kyai, dan lain-lain. Bahkan, kami memimpikan setidaknya ada 1.000 santri yang menjadi dokter. Alhamdulilah, hingga saat ini tercatat sudah lebih 600 santri yang sudah studi pada bidang kesehatan fakultas kedokteran," papar mantan kasubdit pendidikan pesantren yang membidani kelahiran program PBSB.
Atas sejumlah bantuan itu semua, papar Imam Safei, "Kita harus memiliki visi yang kuat dan sikap altruistik, yakni sikap untuk suka menolong orang lain. Sikap altruistik ini lawan dari sadisme, yakni suka dengan penderitaan orang lain. Dengan kematangan visi dan sikap suka membantu orang lain, kita akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Kebahagian akan kita rasakan manakala orang yang kita bantu itu sukses".
Oleh karenanya, papar doktor jebolan Universitas Negeri Jakarta, selaku pejabat Kementerian Agama, kita harus lebih peduli dengan masyarakat marginal dan orang-orang yang memiliki resiko sosial. Dalam konteks ini, Program Indonesia Pintar menjadi bagian dari kerja kita dan kehadiran negara dalam memberikan kepedulian nyata kepada santri yang memiliki resiko secara ekonomi. Bahkan, harap Imam Safei, "Kita harapkan bantuan PIP ini harus segera dicairkan pada triwulan pertama ini. Lakukan dengan segera, taati aturan, didasari atas kejujuran dan penuh tanggung jawab". (swd/dod)
Bagikan: