Bekasi (Pendis)- Pendidikan karakter menurut Permendiknas No 20 Tahun 2018 tentang Pendidikan Karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Sebagai wujud pengejawantahan hal tersebut Sub Direktorat PAI SD/ SDLB Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI menyelenggarakan kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Deradikalisasi, Moderasi Islam Angkatan 2.
Kegiatan yang diselenggarakan di Bekasi, 24-26 September 2019 dibuka langsung secara resmi oleh Direktur PAI, Rohmat Mulyana Sapdi.
Dalam sambutannya, Rohmat mengemukakan bahwa pendidikan karakter dengan fokus deradikalisasi dan moderasi Islam harus bisa diimplementasikan terlebih dahulu oleh para GPAI nya. "Jangan sampai salah karakter yang menyebabkan intoleran," ujarnya.
Guru PAI yang radikal biasanya mereka yang belum memahami bagaimana Islam yang wasathiyah alias pertengahan dan moderat. Banyak penyebabnya, ujar lelaki kelahiran Tasikmalaya Jawa Barat ini. Mereka salah dalam mendidik karena konten yang tidak dikuatkan saat masih belajar di lembaga perguruan tinggi, juga berpegang pada rujukan yang tidak fleksibel alias kaku serta berpikir kritisnya mandeg, tidak jalan,ungkap Rohmat.
Kegiatan PPK ini menurut Kepala Subdit PAI SD/SDLB, Ilham tahun 2019 ini ada tiga angkatan. Pertama sudah dilaksanakan di Batam (zona Sumatera), kedua sekarang dan ketiga untuk zona Kalimantan dan Sulawesi. Dalam laporannya ia mengatakan kegiatan PPK dikuatkan dengan Deradikalisasi dan Moderasi Islam bisa diibaratkan konsep-konsep yang harus dipahami para guru, sedangkan pengembangan PAI berbasis Islam Rahmatan lil Alamin (ISRA) lebih kepada praktek di lapangan.
Salah satu narasumber sekaligus fasilitator dari kegiatan ini, Erwin Wasti adalah instruktur nasional yang sudah berpengalaman dalam bidang pengembangan PAI berbasis ISRA. Ia pernah terpilih menjadi GPAI berprestasi yang kemudian dikirim Kementerian Agama untuk mengikuti Short Course Pengembangan Pembelajaran di Australia tahun 2015. Ia menjelaskan kedudukan PAI berbasis ISRA dalam konsep umum PPK. Menurut GPAI dari Medan ini ISRA adalah strategi untuk meredam radikalisme terutama dalam dunia pendidikan. Fungsinya aplikasi atau penjabaran dari PPK di lapangan.
"Melalui kegiatan Penguatan PPK ini diharapkan para GPAI semakin perhatian sekaligus menghadirkan ruh ketika menyampaikan materi yang memang sudah berisikan nilai-nilai ISRAnya. Selama ini mereka mengajarkan hanya sebatas materi, tidak tersadarkan," ujar Erwin. Ada 4 nilai-nilai utama dalam PAI berbasis ISRA yakni multikultural,demokrasi,humanisme dan toleransi.
Menurutnya semua itu sudah ada dalam struktur kurikulum. Di pelatihan ini para GPAI diajak untuk menganalisis kompetensi Inti dan kompetensi dasar (KI/KD) secara lebih mendalam. Peserta juga diberi tugas membuat program kerja berupa pengembangan budaya religius sekolah.(Wikan/Imam/Shola)
Bagikan: