Bandung (Pendis) - Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama RI, Imam Safei mengingatkan para Instruktur Kurikulum 2013 PAI agar menjadi best practice di sekolah masing-masing. Para instruktur sejatinya adalah guru contoh di sekolahnya. Sudah seharusnya ia menjadi pelaku praktek-praktek terbaik yang bisa dilihat dan dijadikan teladan terutama bagi yang dilatihnya. "Jika ingin melihat guru PAI yang baik dan sekolah yang patut dicontoh maka lihatlah para instruktur dan sekolah di mana ia mengajar," tegas Imam di depan para peserta Pengayaan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum untuk Instruktur Guru PAI SD di Kota Bandung, Rabu (02/05).
Di depan peserta yang sudah menjadi instruktur dan calon instruktur, lelaki kelahiran Jember, 27 September 1965 ini juga memaparkan 4 program penting Direktorat PAI yang harus didukung para guru termasuk instruktur PAI.
Pertama, pematangan moderasi Islam dengan inisiasi program Bina Kawasan PAI (Bantuan Insentif Pembinaan Keagamaan Wilayah Perbatasan) PAI yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas PAI di wilayah 3T melalui pengiriman guru PAI Honorer. Program ini juga bekerjasama dengan TNI. "Kalau mereka menjaga keamanan, para GPAI menjaga keimanan," ucapnya.
Kedua, Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) PAI, ke depan PPKB akan menyerap instruktur-instruktur baru untuk menunjang terciptanya GPAI yang handal dan memahami tugas dan kebutuhan PAI sesungguhnya.
Imam menambahkan penyediaan buku teks PAI juga menjadi concern direktorat. Buku-buku agama harus menjadi wewenang dan dibuat oleh Kementerian Agama itu sesuai peraturan baru tentang perbukuan. Dan terakhir yang tak kalah penting adalah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). "Agama harus menjadi karakter". Prinsip itu harus dituangkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya ada 9 pilihan-pilihan karakter yang harus dipegang oleh seseorang yang ingin sukses ke depan.
Dari sisi mental, apakah ia memilih mental pembeli atau penjual?. Bagaimana ia menempatkan posisinya, sebagai penumpang apa pengemudi?. Ia juga harus memasang target besar laksana singa apa yang kecil-kecil saja seperti rusa?. Keempat terkait kepedulian apakah ia memilih altroish (suka memikirkan dan membantu orang lain) atau sadis (egois lebih mementingkan diri sendiri). Terkait peran, seseorang khususnya guru harus menjadi leader bukan sekedar follower. Ia pun harus memiliki gagasan mimpi-mimpi besar bukan selalu mengeluh. Orang sukses cenderung memiliki respon fungsional bukan terlibat konflik, juga memiliki pandangan optimis bukan pesimis dan terakhir yang kesembilan ia memiliki sikap responsif, atau menjauhi sikap apatis.
Di akhir sambutannya, Imam kembali mengingatkan peran pendidikan Islam tepat di momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei ini, bahwa apa yang dicapai pendidikan hari ini sesungguhnya adalah apa yang sudah dipersiapkan oleh pendahulu-pendahulu kita, dan jika kita bekerja keras sekarang, akan menjadi kenangan terbaik bagi generasi mendatang. Maka jangan takut untuk bermimpi dan bercita-cita besar. "Banyak orang menyesal bukan karena bercita-cita tinggi dan tidak tercapai, tapi karena bercita-cita rendah dan tercapai," quotenya. (wikan/dod) (foto: aan danial)
Bagikan: