Bogor (Pendis)- Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama RI, Rohmat Mulyana Sapdi membuka secara resmi kegiatan Penguatan Wawasan Islam Rahmatan Lil Alamin (ISRA) Multikultural Siswa Sekolah Angkatan 2 di Bogor, Minggu (30/9/2019).
Rohmat menekankan pentingnya para GPAI menyampaikan pesan PAI berbasis ISRA di hadapan para siswanya di sekolah. Para siswa harus diajarkan tentang tasamuh yang artinya toleransi, saling menghormati dan menghargai. "Hal penting dari tasamuh adalah kita menghormati tapi tidak merasa memiliki. Tasamuh juga tidak berarti kebablasan. Ia mencontohkan multikulturalisme yang dianut di Barat yang lebih mengagungkan ego diri, karena lebih menggembar-gemborkan HAM. "Bukan seperti itu yang diharapkan, justru itu memuculkan fir`aun baru," ujarnya.
Yang kedua dari konsep ISRA adalah tawasuth atau moderat. Moderat itu pertengahan, tidak ekstrim yang bisa meletupkan radikalisme.
"Sebenarnya radikalisme bisa dilakukan siapa saja dari semua agama yang cenderung mengajarkan pemahaman beragama secara ghuluw atau berlebihan."
Terakhir adalah tawazun yang artinya keseimbangan. "Tawazun merupakan agregat dari dua hal yang positif yakni berdoa dan ikhtiar." Prinsip-prinsip keseimbangan juga bisa diterapkan ketika mengapresiasi sesuatu. Melalui pertemuan ini, Rohmat juga berharap agar para GPAI jangan hanya belajar apa itu ISRA, tapi lebih dari itu yakni membuat program, bagaimana menerapkan ISRA di kelas di depan para siswa.
Melalui laporan singkatnya, Kepala Subdit PAI SD/SDLB, Ilham menjelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah agar para GPAI di Indonesia bisa menyampaikan pesan-pesan ISRA kepada para siswa. "Ini perintah langsung Alquran, karena dalil ISRA adalah Surat Al Anbiya ayat 107. Nabi Muhammad diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam." Para narasumber yang juga instruktur nasional PAI menurut Ilham akan mendampingi GPAI untuk mengimplementasikan ISRA dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di kelas.
Salah satu narasumber merupakan dosen PAI dari Univesitas Negeri Jakarta, Andi Hadiyanto dalam paparannya mengenai Moderasi Islam dalam PAI mengurai tentang prinsip-prinsip moderasi Islam. Di antaranya, inklusiv dan berorientasi maslahah (kemanfaatan), menghormati Tuhan melalui penghormatan kepada sesama manusia dan tetap menggeluti realita masa kini, bukan sekedar terjebak pada romantisme masa lalu. "Jadi GPAI harus berjalan seperti membawa cermin, ia bisa melihat obyek masalah secara utuh dari berbagai sisi. Bukan seperti orang yang melukis hanya tahu satu sisi dan dijadikannya kebenaran sehingga rawan perdebatan,"pungkas Andi.(Wikan/Hik)
Bagikan: