Tangerang (Pendis)--Inovasi dalam dunia pendidikan sangat penting untuk dilakukan karena perkembangan zaman yang semakin pesat berakibat pada sumber daya manusia yang juga harus semakin meningkat kualitasnya. Kualitas dari pendidikan tidak akan pernah meningkat dan terealisasikan tanpa adanya suatu perubahan atau inovasi dalam pendidikan.
Dalam Upaya meningkatkan mutu pembelajaran, Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyelenggarakan lomba Karya Inovasi pembelajaran PAI di Taman Kanak-Kanak (TK) pada ajang Gebyar PAI Tingkat Nasional II di Tangerang, Rabu (4/10/2023)
Sebanyak 6 orang pesarta berhasil lolos masuk babak penyisihan dan tampil memamerkan karya inovasinya. Salah satunya, Lela Sukmawati peserta yang mewakili Provinsi Jawa Barat ini memperkenalkan Masjid Pintar yang merupakan karya inovasi pembelajaran yang dibuat dengan memanfaatkan barang bekas tidak terpakai. Ia mengenalkan moderasi beragama melalui media masjid pintar di TK. Al- Ishlah.
“Media pembelajaran masjid pintar merupakan sebuah media atau alat peraga pembelajaran yang berbentuk kubus menyerupai bentuk khas masjid-masjid yang ada di Indonesia dengan bentuk yang menyerupai kubah pada bagian atasnya,” terang Lela saat penjurian.
Menurutnya, melalui media ini, guru dapat mengenalkan kepada anak terkait agama yang dianut anak, yaitu agama Islam. Diantaranya anak dapat mengenal agama yang dianutnya, mengenal tempat beribadahnya, adab apa saja yang dilakukan ketika berada di tempat beribadah, mengenal tentang guruf hijaiyah, mengenal angka-angka arab, mengenal do’a-doa dan hafalan surat, serta yang lainnya.
Ia menambahkan pada media yang dinamai masjid pintar ini terdapat empat sisi yang masing-masing menampilkan pembelajaran yang diharapkan dapat menarik minat peserta diidik untuk belajar. Sisi pertama menampilkan permainan puzzle rumah ibadah, tersedia tempat yang dapat digunakan untuk anak menempelkan potongan-potongan puzzle bergambar rumah ibadah dari agama yang ada di Indonesia. Sisi kedua ada roda pintar, merupakan bentuk lingkaran yang terbagi menjadi 8 bagian serta memiliki warna yang berbeda-beda. Peserta didik dapat memutar rota tersebut dan selanjutnya mendapatkan pertanyaan yang menggambarkan moderasi agama.
Selanjutnya, pada sisi Ketiga terdapat huruf hijaiyah dan di sisi Keempat menampilkan angka Arab, dimana peserta didik dapat menyebutkan huruf dan angka yang dipilih dan diambilnya, atau gurunya yang mengambil dan menunjukan huruf atau angka yang dipilih kemudian menanyakan kepada peserta didik, tambah Lela.
Lela melanjutkan paparannya, bahwa peran guru sebagai ujung tombak dari keberhasilan pendidikan yang mana guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif untuk menemukan strategi ataupun metode efektif dalam pembelajaran. “Melalui media masjid pintar ini akan dapat membentuk konsep moderat sejak usia dini dengan mengenalkan indikator moderasi beragama yakni toleransi dan komitmen kebangsaan, selain itu juga menstimulasi perkembangan peserta didik dengan aspek motorik dan aspek bahasanya,” harap Lela.
Bagikan: