Depok (Pendis) - Acara diskusi intensif seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) dalam kegiatan Penguatan SDM yang diintegrasikan dengan buka puasa bersama kali ini agak berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Direktorat PAI menghadirkan Nusron Wahid, pendiri Yayasan Mata Air yang concern dalam memerangi radikalisme dan mendiseminasikan moderasi Islam.
Nusron memaparkan data hasil risetnya bahwa fenomena radikalisme ini sudah merambah masuk ke berbagai lini masyarakat; mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga kalangan profesional. Bersama dengan Alvara Institut, Yayasan Mata Air ini mendapatkan data-data sebaran radikalisme tersebut. Nusron membagi kecenderungan radikalisme tersebut melalui beberapa fase.
Fase 1, baru mengklaim sebagai pihak yang merasa paling benar. Fase 2, sudah mulai menilai dan mempertentangkan sunnah dengan bid`ah. Fase 3 melalui harakah (gerakan) menyalahkan pihak yang berbeda, dan fase 4 melalui harakah (gerakan) melawan negara.
Hasil penelitian Yayasan tersebut memandang bahwa pada fase 1 dan fase 2 jumlahnya cukup besar. Sedangkan pada fase 3 menunjukkan kecenderungan yang juga tumbuh dan berkembang secara signifikan. Namun demikian, Nusron menegaskan agar semua pihak membangun komitmen bersama bahwa radikalisme ini harus diantisipasi perkembangannya.
Apa yang disampaikan olehnya gayung bersambut dengan apa yang diharapkan Direktur PAI, Rohmat Mulyana, bahwa informasi tersebut makin memperteguh keprihatinan semua ASN di lingkungan Direktorat PAI khususnya. "Kita memiliki forum-forum yang menghadirkan stakeholder pendidikan, seperti PPKB dan sertifikasi melalui pendidikan profesi. Forum-forum seperti itu kita sisipkan muatan untuk penguatan pemahaman Islam rahmatan lil`alamin," jelas Rohmat menerangkan.
Direktorat PAI terus menginisiasi berbagai program yang dapat mendukung terdiseminasikannya spirit moderasi Islam. (n15/dod)
Bagikan: