Bandung (Pendis) - Istilah HOTS (Higher Order Thinking Skills) menjadi buah bibir sejak pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2017/2018 ini. Para peserta UNBK jenjang SMA maupun SMP mengartikannya dengan soal-soal sulit. Mereka ramai-ramai memprotes soal-soal HOTS yang dinilai memberatkan melalui laman website maupun instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Soal sulit belum tentu HOTS, tapi soal HOTS biasanya sulit," kata Bambang Suryadi dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam kegiatan Pengayaan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum untuk Instruktur PAI SD di Bandung, 1 Mei 2018.
Ia menambahkan bahwa mengapa HOTS memiliki kendala besar salah satunya karena banyak prinsip yang belum dipraktekkan atau diterapkan guru di lapangan. Ada 3 prinsip dalam penyusunan HOTS. Pertama HOTS dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada level analisis, evaluasi dan mencipta (create) yang dipandang sebagai level berpikir tingkat tinggi. Kedua prinsip reliable atau konsisten dan dapat dipercaya. Dan ketiga stimulus yang menarik karena sesuai dengan konteks dan kehidupan nyata. Artinya soal yang dibuat harus masuk akal dan memang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkinkah soal-soal HOTS diperkenalkan sejak SD? Bambang menjawab sangat memungkinkan apalagi untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang lebih menekankan aspek afektif (sikap). Misalnya kemampuan analisis siswa bisa dilatih dengan menjawab soal-soal yang tidak tersurat jelas pada sebuah bacaan. Ini bisa diterapkan guru pada saat bertujuan melakukan internalisasi sifat-sifat Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari, ujarnya.
Bambang meyakinkan pengenalan HOTS memang harus secara bertahap dilakukan dengan dimulai dari kesiapan para guru agar pendidikan Indonesia terangkat di tingkat internasional. Ia menyebutkan bahwa dalam program penilaian internasional para siswa (PISA), posisi nilai atau skor siswa-siwa negara kita masih rendah. Hasil PISA 2015, Indonesia di peringkat 62, 61 dan 63 untuk bidang sains, literasi dan matematika dari 69 negara yang ikut dalam penilaian. HOTS merupakan salah satu upaya mempersiapkan siswa agar memiliki daya saing, karena penilaian PISA berdasarkan standar internasional yang diakui di tingkat global. (wikan/dod)
Bagikan: