Jakarta (Pendis) - Serial webinar atau zoominar dalam tajuk “Tadarus Litapdimas” kembali digelar usai lebaran. Setelah sukses menyuguhkan delapan seri diskusi bidang penelitian terbaik di PTKI pada Bulan Ramadhan 1441 Hijriyah lalu, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama RI kembali menghadirkan Tadarus Litapdimas Seri ke-9 dengan mengusung tema Kecendekiawanan dalam Jurnal Bereputasi Terdapat 5 jurnal PTKI yang masuk pada kriteria Q1 dan Q2 pada tahun 2020, sebelumnya hanya beberapa saja.
“Ini merupakan sebuah prestasi luar biasa yang patut menjadi contoh. Dan saya berharap nanti prestasi ini dapat ditularkan kepada PTKI yang lain agar semakin berkah bagi kemanusiaan, ungkapnya dengan penuh apresiatif”, ungkap Dr. H. Imam Syafe'I yang didapuk sebagai keynote speaker pada acara tersebut.
Labih lanjut disampaikan Seketaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, “Betapa pentingnya menjaga kualitas kecendekiawananan di kalangan PTKI, sehingga mampu menjadi panutan dalam masyarakat”.
Senada dengan itu, disampaikan Dr. Suwendi, Kasubdit Litapdimas, yang juga sebagai moderator acara. Menurutnya, “Kementerian Agama telah pula menyediakan berbagai platform pendukung menuju jurnal berreputasi, seperti Moraref, Morabase dan Morabin. Tentu saja hal itu juga perlu mendapat dukungan semua pihak untuk memaksimalkan kebermanfaatannya dalam menjaga kualitas kecendekiawanan”
Isu kecendekiawanan memang menjadi perbincangan sentral dalam serial webinar yang telah menarik minat berbagai kalangan akademik maupun umum ini. Jurnal ilmiah yang menempati derajat tertinggi dalam urutan kualitas referensi ilmiah merupakan kekayaan penting yang dimiliki oleh institusi akademik seperti lembaga konsursium keilmuan dan perguruan tinggi. Bahkan, melalui jurnal ilmiah inilah temuan-temuan penting dan perkembangan ilmu pengetahuan dipromosikan sehingga mampu memberikan kebermanfaatan bagi kemanusiaan di era internet ini.
“Saya sebut sebagai kecendekiaan di era virtual crowd. Semua informasi dapat dicari di internet sehingga manusia mendapatkan dukungan dalam ruang dan waktu dalam kebebasan belajar untuk menempa kecendekiawanan. Namun hal ini menjadi tantangan baru”, ungkap Zakiyuddin Baidhawy, editor in-Chief IJIMS yang juga Rektor IAIN Salatiga.
Lebih lanjut dikatakan Baidhawy telah munculnya hal-hal baru. “Pertama ialah lahirnya otoritas baru yang menjadi tantangan bagi otoritas-otoritas yang sudah lama mapan. Kedua, munculnya ketergantungan manusia pada literasi instan dan massif yang cenderung kehilangan kedalaman dan keluasanya. Selanjutnya, ialah bahwa masyarakat kini merasa tidak penting pada kehadiran para akademisi dan intelektual karena semuanya sudah dapat terjawab oleh internet”, ungkap Professor Dr. Zakyuddin Baidhawy tersebut. Ia melanjutkan, “Untuk mengcounter tantangan yang muncul dari berkembangnya virtual crowd itu maka jurnal ilmiah hadir untuk menumbuhkan kecendekiawanan, Editor-in-Chief IJIMS ini melanjutkan penjelasanya.
Tawaran menarik disampaikan oleh pembahas untuk menambah upaya menumbuhkan kecendekiawanan ini, yaitu perlunya Kementerian Agama menyiapkan satu upaya untuk bridging the writers, kata Prof. Dr. Hj. Siti Musdah Mulia, M.A. dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menyatakan bahwa “Kemenag perlu memikirkan untuk bridging the writers dari penulis yang berbeda minat, latar belakang dan keahlian sehingga dapat mempertemukan mereka menjadi sebuah kekuatan intelektual yang outstanding sehingga kecendekiawanan meningkat.”
Lanjutnya, “Penting juga dilakukan pendampingan agar kesadaran liretasi dan intelektualitas semakin meningkat sehingga kecendikiawanan berkembang melalui jurnal, bukan hanya di Jawa atau dominasi lelaki saja, tapi juga luar Jawa, seperti Makasar, Aceh, Sumatera, dll. Apabila di Jawa jurnalnya sudah maju, maka di luar Jawa juga ikut maju”.
Ada empat fungsi jurnal menurut Profesor Musdah Mulia ini, yaitu meregistrasi kegiatan-kegiatan kecendekiawanan, mensertifikasi hasil-hasil karya, desiminasi secara meluas kepada khalayak dan mengarsipkan semua temuan hasil para cendekia. Untuk itu perlu didukung oleh semua pihak. Bahkan, perlu berbagai upaya yang penting untuk dikembangkan lagi seperti menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berfikir dalam masyarakat sehingga kecendekiawanan ini dapat terus berkembang.
Menumbuhkan dan meningkatkan kecendekiawanan ini juga sesuai dengan harapan dari pimpinan Kementerian Agama Republik Indonesia. Untuk itu pula Kementerian Agama merayakan pencapaian prestisius atas peringkat jurnal bereputasi terbaik secara internasional maupun nasional dan mengundang pengelola lima jurnal milik Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang bereputasi dalam Tadarus Litapdimas seri ke-9 ini. Kelima jurnal internasional bereputasi tersebut ialah Journal of Indonesian Islam (JIIs) di UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS) di IAIN Salatiga, Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS) di IAIN Qudus, Studia Islamika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Al-Jamiáh di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Para pengelola diundang untuk untuk menyampaikan mengenai kecendekiawanan dan perjurnalan dengan pengalaman masing-masing.
Dalam webinar yang dapat disebut juga sebagai selebrasi jurnal bereputasi internasional PTKI ini, diisi beberapa narasumber lain, JIIs diwakili Dr. Phil. Khoirun Niam (Excutive Editor). JIIs ini jurnal rangking pertama di PTKI seperti dikeluarkan Scimago JR bidang Religious Studies. Selanjutnya, Professor Dr. Zakiyuddin Badhawy, Rektor IAIN Salatiga, sekaligus Editor-In-Chief IJIMS, Wahiburrahman, Lc., Ph. D (Editor-In-Chief QIJIS), Studia Islamika diwakili Ismatu Rofi, Ph. D., dan Prof. Drs. H. Ratno Lukito, MA. DCL. mewakili Al-Jamiáh. Dikatakan Lukito, jurnal Al-Jamiah ini jurnal yang paling tua di antara jurnal berreputasi ini, sekalipun begitu masih juga perlu belajar dengan yang lainnya.
Acara Tadarus ke-9 Litapdimas ini dimulai pukul 10.00 hingga 12.30. Dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dalam zoom dan ribuan lainnya menyaksikan melalui Youtube Diktis TV. Berdasarkan statistik yang direlease, penonton Youtube 6,6 ribu. Menurut Mahrus, salah satu penyelenggara, dari 500 peserta zoom itu konsisten hingga acara selesai, sekalipun ada yang keluar, langsung diganti yang lainnya. Mereka terdiri dari para peneliti, dosen, pengelola jurnal, pengurus LP2M seluruh Indonesia, dst.(Zae/Hik)
Bagikan: