Semarang (Pendis) --- Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidiikan Islam sedang menggelar Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS) secara online dan offline, 20-30 Desember 2020.
Selain dikaji teori-teori kepemimpinan dalam Islam mahasiswa juga dikenalkan teori-teori kepemimpinan modern seperti John Maxwell kata Direktur Diktis Prof. Dr. Suyitno, M.Ag di sela-sela kegiatan, Rabu (22/12) di Jakarta.
Suyitno berharap bahwa Diklatpimnas akan melahirkan calon pemimpin bangsa yang tidak saja memahami issu-issu global kontemporer tetapi juga memahami wacana keislaman dan keindonesiaan secarfa utuh. “Kita ingin para mahasiswa mempunyai komitmen keagamaan dan keindonesiaan secara baik sehingga menjadi pemimpon yang unggul dan berintegritas”.
Di hari ke tiga, Diklatpimnas menghadirkan nara sumber Dr. M. Mukhsin Jamil, M.Ag, Wakil Rektor UIN Walisongo dengan materi “Teori-teori Kepemimpinan dan 5 level Leadership ala John Maxwell”.
Menurut pria kelahiran 15 Februari 1970, sekurang-kurangnya terdapat 5 level kepemimpinan, yakni positioning, permision, production, people development, dan pinnacle. “Level positioning, pola kepemimpinan didasarkan atas alasan posisi, sehingga orang lain akan mengikuti kepemimpinnya karena alasan hirarki jabatan. Pola ini berlaku di dunia birokrasi”, terang Muhsin.
Level permission lanjut Muhsin merupakan pola kepemimpinan yang didasarkan atas keinginan, yang biasanya didasarkan atas relasi, pengaruh yang baik, dan kepercayaan. “Relasi, pengarfuh dan trus harus dilatih sejak mahasiswa berada di bangku kuliah memimpin organiksasi kemahasiswaan””, katanya.
Lebnih lanjurt diterangkan Mantan Dekan FUHAM UIN Walisongo ini, tipe production merupakan tipe kepemimpinan yang sangat dipengaruhi oleh rekam jejak dan kontribusinya terhadap organisasi. “Produktivitas, keberhasilan, kredidibilitas menjadi faktor penentu dalam pola kepemimpinan ini”.
Dihadapan 80 Aktivis Mahasiswa Muhsin memaparkan tipe people development, merupakan pola kepemimpinan yang disebabkan oleh apa yang telah dilakukan seseorang untuk kepentingan orang lain secara pribadi. Level pinnacle biasanya didasarkan atas representasi dari apa yang dilakukan. “Respect, beyond organization dan tumbuhnya pemimpinan baru menjadi karakter pola kepemimpinan kelima ini”, papar Mukhsin Jamil.
Diklatpimnas diselengarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bekerjasama dengan Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Walisongo dengan bobot materi 70 jam tatap mujka dan maya.
Mantan Aktivis 90-an ini menegaskan seorang pemimpin harus memiliki 3 hal penting agar mampu menjalankan fungsi kepemimpinannyha dengan baik yakni kompetensi, koneksi, dan karakter.
Mukshin Jamil berpesan kepada mahasiswa, seorang pemimpin harus memiliki sikap yang demokratis dengan tidak membedakan atas dasar mayoritas atau minoritas, memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anggotanya.
Sessi ini dipandu oleh Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Suwendi. Nara sumber lain dihari ketiga adalah KH. Yahya Cholil Tsaquf Katib ‘Aam PBNUJ dan Amin Mudzakir Peneliti LIPI.
(Suwendi/RB)
Bagikan: