Kendari (Pendis) - "Kementeian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bertekad menjadikan Indonesia menjadi pusat pendidikan islam dunia", demikian kata Direktur Pendidikan Tinggi Islam Amsal Bachtiar dalam sambutannya ketika acara penutupan PW (Perkemahan Wirakarya) XIII di Kendari. Tekad itu tidak berlebihan jika dikaitkan dengan banyaknya lembaga pendidikan keagamaan yang ada.
Berdasarkan data Kementerian Agama tahun 2015-2016, tercatat jumlah RA ( Raudhatul Athfal ) sebanyak 27.999, dengan jumlah siswa tercapat 1.231.000. Ditingkat madrasah formal mulai dari MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs ( Madrasah Tsanawiyah, dan MA ( Madrasah Aliyah) berjumlah 77.336 dengan jumlah siswa tercatat 9.252.000, begitu pula dengan jumlah Pondok Pesantren yang tersebar di Indonesia tercatat sebanyak 28.961 dengan jumlah santri 4.028.000, madrasah diniyah takmiliyah tercatat 76.567 dengan jumlah santri sekitar 6.000.000, sementara jumlah TPQ (Taman Pendidikan Al Qur`an) berjumlah 134.000 dengan jumlah siwa sekitar 7.300.000. Tidak ada negara muslim manapun yang memiliki jumlah lembaga pendidikan sebanyak itu, kecuali Indonesia.
Disamping jumlah lembaga pendidikan agama yang spektakuler tersebut, Indonesia memiliki ulama-ulama yang produktif dengan pemahaman Islam yang moderat, damai dan terbuka, sehingga Islam di Indonesia disegani oleh dunia Internasional.
Dengan melihat kondisi seperti itu "cita-cita untuk menjadikan Indonesia menjadi kiblat pusat pendidikan Islam dunia bukan hal yang mustahil", tutur guru besar UIN Syarif Hidayatullah.
Berbagai kebijakan dan program sudah ditempuh untuk mewujudkan cita-cita tersebut diantaranya, menjadikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sebagai Center of Exelence dengan menjadikan prodi-prodi unggulan, perpustakaan dan laboratorim yang selalu ditingkatkan, para dosen yang diharapkan semua bergelar Doktor (S3). Transformasi STAIN jadi IAIN, IAIN menjadi UIN, dan UIN menjadi World Class University menjadi bagian untuk meningkatkan kualitas Perguruan Tinggi Keagamaan.
Bagi Amsal Bachtiar "Pengembangan kepramukaan di Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) Islam menjadi keniscayaan ikhtiar strategis untuk mewujudkan PTK menjadi Center of Exelence".
"Selama PW berlangsung telah banyak motivasi dan aspirasi peserta, binadamping, pinkon (pimpinan kontingen) untuk membangun karekter dan budaya bangsa secara menyeluruh", tutur Direktur Pendidikan Tinggi Islam.
Sementera itu dalam wawancara singkat dengan media setempat, Direktur Pendidikan Tinggi Islam berharap penyelenggaraan Perkemahan Wirakarya PTK tahun depan bisa diikuti oleh negara-negara Asia Selatan atau negara-negara ASEAN.
(ra/ra)
Bagikan: