Pontianak (Pendis) — Mahasiswa baru sebagai agent perubahan Indonesia, harus dikenalkan sejak dini pemahaman keagamaan yang moderat, inklusif dan toleran. Mereka harus tampil di garda terdepan mengembangkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Harapan itu dikemukakan Kasubdit Ketenagaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Ruchman Basori pada Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Pontianak di Sport Center pada Rabu (30/08/2023).
Ruchman yang juga Mantan Ketua I Senat Mahasiswa IAIN Walisongo mengutarakan ada tiga masalah yang dihadapi bangsa Indonesia, dengan menyitir pendapat Menteri Agama Yaqut Cholil Qumas (Gus Men).
Pertama munculnya kelompok yang mempertanyakan konsensus nasional (kesepakatan nasional), Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945 ingin mengantinya dengan idiologi seperti khIlafah Islamiyah.
Kedua, kelompok truth claim Keagamaan, mereka yang merasa benar dan menganggap lainnya salah, merasa dirinya lebih beriman dan yang lain kafir”, sebagai kelompok yang kedua, lanjut Ruchman.
Ketiga munculnya kelompok silent majority, kelompok mayoritas yang diam, kurtang peduli terhadap kondisi Indonesia yang di dera intoleransi, rasikalisme dan ujaran kebencian.
“Mahasiswa baru harus mengenal dan memahami agamanya dengan baik, di tengah kehidupan bangsa yang majemuk, suku, agama, antar golongan,” tegas Ruchman.
Dihadapan ribuan mahasiswa baru IAIN Pontianak Ruchman berharap agar kelak mahasiswa tampil sebagai figure yang mencintai bangsa dan negara sekaligus mencintai agamanya dalam satu tarikan nafas.
“Komitmen keagamaan dan kebangsaan harus menjadi nafas mahasiswa dalam menempa diri dalam kawah candradimuka IAIN Pontianak,” katanya.
Mantan Aktivis 1998 ini menekankan bahwa organisasi kemahasiswaan sangat strategis menjadi wasilah pengharusutamaan moderasi beragama dalam pelbagai program dan kegiatan.
“Menjadi aktivis mahasiswa penting sebagai bekal menjadi sarjana yang unggul, professional dan berkarakter,” lanjutnya.
Ketua Project Manajemen Unit Beasiswa Indonesia Bangkit (PMU BIB) Kemenag ini juga berharap agar mahasiswa ikut program MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) ke Luar Negeri, sebagai implementasi dari MBKM.
“Jangan lama-lama kuliah di IAIN ini, maksimal 4 tahun lalu daftar beasiswa BIB untuk studi lanjut S2 dan S3 baik di dalam dan luar negeri,” imbau Ruchman.
Turut hadir dalam sessi Moderasi Beragama dalam PBAK, Rektor IAIN Pontianak Dr. H. Syarif, S.Ag., M.Ag, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Dr. Ismail Ruslan, S.Ag., M.Si., Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Dr. H. Saifuddin Herlambang. S.Ag, M.A.
(Ridho, Bambang, Omar Mukhtar/RB)
Bagikan: