Surabaya (Pendis) - Seorang pemimpin itu pelayan yang dipimpinnya. Oleh karena itu, tugas seorang pemimpin adalah mengakselerasi tujuan organisasi yang dipimpinnya. Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Muhammad Ali Ramdhani pada event Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa (DIKLATPIMNAS) tingkat Nasional di kawasan Tugu Pahlawan-Surabaya pada Jum’at (20/10/2023) malam.
“Seorang pemimpin yang memiliki kecepatan dan percepatan itu harus memilki kriteria Fathonah, Amanah, Shiddiq dan Tabligh, disingkat FAST”, terang Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati dihadapan pimpinan dan aktifis mahasiswa perguruan tinggi keagaman Islam se-Nusantara.
Seorang pemimpin yang fathonah terang alumnus IPB-ITB, harus cerdas dan pintar dan mampu mendayagunakan akalnya untuk mengatur dan menata ritme organisasi agar tujuannya tercapai dengan optimal.
“Menghadang setiap tantangan, menjawab setiap dinamika, memecahkan dan memitigasi masalah harus dimiliki setiap pemimpin yang berjiwa fathonah,” kata Ali Ramdhani yang meraih gelar profesornya di usia muda, 34 tahun.
Pemimpin yang amanah, terangnya, harus secara proporsinal antara hak dan kewajiban. “Seorang pemimpin harus amanah, tidak mendahulukan hak daripada kewajibannya”, kata cucu Rektor I UIN Sunan Gunug Djati KH. Anwar Musaddad ini.
Sifat sidiq, menurut Ali Ramdhanai adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah satu-satunya mata uang yang itu tidak dapat dipertukarkan, sekali lancung ujian, seumur hidup orang tidak ada dipercaya.
“Sumber kehidupan kita adalah kepercayaan dan kepercayaan itu muncul dari kejujuran,” tegas Ali Ramdhani.
Tabligh, dalam kriteria seorang pemimpin lanjut mantan Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati, ia adalah seorang komunikator yang baik.
“Tata cara pemilihan diksi; merangkai kata, menjahit frasa dan merangkai kalimat adalah salah satu bagian kemampuan yang harus dimilikik seorang pemimpin,” kata Dirjen Pendis.
Sementara itu Direktur Pendidikan Tinggi Keagaman Islam Ahmad Zainul Hamdi sebagai narasumber kegiatan DIKLTAPINMAS IV ini mengatakan bahwa aktivis mahasiswa saat ini masih terjebak dalam masalah-masalah klasik non akademik.
“Orientasi dan berbicara politik adalah tujuan akhir dari seorang aktivis,” kata Guru Besar Sosiologi Agama UIN Sunan Ampel ini.
Peran strategis yang harus mampun dimainkan oleh aktivis ini, kata Profeseor Inung (sapaan akrabnya) adalah wirausahawan, akademisi, ilmuwan, dan sebagainya.
“Aktifis mahasiswa berpotensi besar dalam mengelola sumber daya manusia dan komunikasi yang tidak semua mahasiswa punya pengalaman ini,” kata mantan aktifis Lembaga Studi Agama dan Demokrasi (eLSAD) Surabaya ini.
Narasumber lain yang dikonfirmasikan hadir pada gelaran 2 tahunan ini adalah Muhammad Nuruzzaman Staf Khusus Menteri Agama RI, Hasanuddin Ali Tenaga Ahli Menteri Agama RI, Thobib al Asyhar (Instruktu Nasional Moderasi Beragama), Tyovan Ari Widagdo (CEO Bahaso), dan Widya Priyahita Staf Khusus Sekretariat Negara-Rektor Universitas NU Yogyakarta. (VivaNurUsman)
Bagikan: