Garut (Pendis)- Solusi terbaik dalam memperbaiki masyarakat adalah melalui Pendidikan. Sebab, Allah sendiri ketika menjawab permohonan Nabi Muhammad SAW dalam tahannuts-nya di Gua Hira dengan mewahyukan QS. Al-‘Alaq ayat 1-5. “Menurut Abdurrahman Shaleh Abdullah dalam disertasinya “Educational Theory of Qur’anic Outlook”, kelima ayat yang diturunkan pertama kali itu adalah ayat-ayat yang terkait pendidikan. Ini artinya, jika kita ingin memperbaiki kualitas diri, keluarga, masyarakat, negara dan bangsa, maka harus serius menangani dan menjadi orang yang berpendidikan”, demikian ungkap Suwendi, Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, saat menyampaikan orasi ilmiah dalam wisuda Sekolah Tinggi Agama Islam Siliwangi Garut, 7 Maret 2020.
Menurut Suwendi, pendidikan harus diarahkan kepada pemenuhan potensi-potensi yang melekat pada diri setiap manusia,yakni sebagai hamba Allah (Abdullah) dan makhluk sosial (khalifatullah). “Sebagai hamba Allah, manusia harus menjadi orang yang sukses dalam menjalin hubungan dirinya dengan Allah; sementara sebagai khalifatullah ia harus sukses dalam menjalin hubungan antara sesama. Keduanya harus dilakukan secara sinergis sehingga menjadi orang yang saleh secara individual dan saleh secara sosial”, ungkap Suwendi. “Jangan sampai, kita gagal salah satunya, atau gagal kedua-duanya. Jangan sampai kita merusak tatanan kemanusiaan dan kebangsaan yang kemudian diatasnamakan sebagai manifestasi kehambaan kepada Allah. Kesalehan semacam ini tentu tidak benar”, ungkap alumni Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.
Diakui oleh Suwendi, layanan pendidikan tinggi saat ini secara nasional berjumlah 4.670 lembaga, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 6.349.941 jiwa. Meski demikian, berdasarkan data dari Bappenas, proporsi penduduk 15 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi, hanya 8,8% saja yang berpendidikan pada jenjang perguruan tinggi. “Ini artinya, kita semua harus mampu mendorong melakukan perluasan akses dan memberi kesempatan kepada masyarakat agar anak-anak bangsa ini dapat turut serta menikmati dan menuntaskan pendidikannya hingga ke jenjang perguruan tinggi”, ungkap doktor UIN Jakarta. Untuk itu, dirinya mendorong agar setiap keluarga berkomitmen sekurang-kurangnya ada 1 (satu) sarjana. “Satu keluarga satu sarjana perlu kita dorong bersama”, pinta Kasubdit.
Suwendi juga memotivasi agar para wisudawan-wisudawati tidak puas dengan peraihan jenjang pendidikan saat ini. “Setelah lulus sekarang, sebaiknya lanjut ke jenjang magister dan nanti dilanjut ke jenjang doktor”, ungkap Suwendi. “Mentalitas perlu dibangun, jangan sampai karena semata-mata alasan keterbatasan ekonomi semangat untuk lanjut S2 dan S3 terhenti”, ungkap Suwendi lebih lanjut.
Sekolah Tinggi Agama Islam Siliwangi Garut mulai berdiri pada tanggal 7 Desember 1976 dan mewisuda lulusannya dari program studi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Perbankan Syariah. Hadir dalam acara tersebut, Wakil Koordinator Kopertais Wilayah Jawa Barat, Staf Ahli Bupati Garut, yayasan dan pimpinan STAI Siliwangi, para wisudawan/wisudawati, dan keluarga wisuda.(wendi/Hik)
Bagikan: