Trenggalek (Pendis) - Prihatin akan munculnya paham dan gerakan radikal, Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Tulungagung (DEMA IAIN Tulungagung) menggelar Seminar Deradikalisasi Agama bagi siswa SMA, SMK dan MA se-Kabupaten Trenggalek.
Kegiatan yang diperuntukan bagi aktivis Kerohanian Islam (Rohis) dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) digelar di Pendopo Manggala Praja Nugraha Pemkab Trenggalek. Dihadiri kurang lebih 200 pengurus OSIS dan ROHIS SMA/SMK dan MA se-Kabupaten Trenggalek pada Minggu (04/02).
Rektor IAIN Tulungagung Maftukhin mengatakan seminar deradikalisasi agama merupakan bentuk keprihatinan mendalam akan munculnya paham radikal yang akhir-akhir ini muncul. "Berbagai fenomena dan perilaku radikal baik itu yang berlatar agama maupun yang lain sangat membahayakan apalagi kini telah masuk pada kalangan pelajar," katanya.
Maftuhin berharap jangan sampai kejadian seperti yang ada di Madura beberapa waktu yang lalu, dimana seorang guru meninggal akibat dianiaya oleh muridnya sendiri terulang," kata Alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini.
Atas terselenggaranya seminar ini, Maftuhin memberikan apresiasi kepada pengurus DEMA IAIN Tulungagung. "Saya memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada para pengurus DEMA karena ini adalah bagian penting peran mahasiswa melawan radikalisme di Indonesia," katanya.
Bertindak sebagai keynote spaker, Muhammad Romahurmuziy Anggota Komisi XI DPR RI. Hadir sebagai pemateri seminar antara lain Muhammad Aziz Hakim Kasi Pengabdian Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemenag RI, Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan Kemenag RI, dan dihadiri oleh Emil Elistianto Dardak Bupati Trenggalek beserta istri Arumi Bachsin, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Trenggalek, Nur Effendi Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan IAIN Tulungagung, Guru Pembina OSIS se-Kabupaten Trenggalek, dan sejumlah pejabat Pemda dan IAIN Tulungagung.
Kasi Kemahasiswaan Subdit Sarpras dan Kemahasiswaan Kemenag RI, Ruchman Basori mengatakan aktivis Rohis dan OSIS sebagai generasi masa depan Indonesia harus diselamatkan dari bahaya radikalisme. Salah satunya dengan pendidikan agama yang mengajarkan kedamaian, keterbukaan, toleransi dan moderasi.
Ruchman meminta para pengurus Rohis dan OSIS untuk belajar dan terus belajar, sehingga tidak mudah termakan berita hoax dan sempit pemahaman agamanya. Selain itu Rohis bisa berperan menjadi agen Islam yang rahmatan lil alamin di sekolah dan masyarakat sekitar. "Kalian adalah kelompok pelajar yang dinilai mempunyai pemahaman agama yang baik, karenanya menjadi keharusan untuk menjadi pelopor dan agen Islam yang damai dan moderat," katanya.
Sementara itu narasumber lainnya, Mohammad Aziz Hakim Kasi Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam memaparkan bentuk-bentuk gerakan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi radikal berlatarbelakang agama.
Menurut Aziz, salah satu ciri utama yang paling mudah dikenali dari gerakan tersebut adalah merasa dirinya yang paling benar (truth claim), anti Pancasila dan anti Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Bagi bangsa ini Pancasila dan NKRI adalah sesuatu yang final dan menjadi kesepakatan pendiri bangsa," kata Magister Hukum Tata Negara UI ini. (Micin/RB/dod)
Bagikan: