Tangerang (Pendis) --- Lembaga perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI) yang baru diresmikan harus segara melakukan akselerasi program dan kegiatan yang dapat meningkatkan muruah dan nama baik lembaga. Hal ini penting dilakukan agar jangan sampai perguruan tinggi yang baru dikeluarkan izinnya itu tidak segera melakukan penguatan kelembagaan karena alasan wajar baru diresmikan. Hal ini diungkap oleh Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, saat menghadiri Pelatihan Dasar Penelitian untuk Para Dosen Institut Daarul Quran, yang diselenggarkan di kampus IDAQU Tangerang, 12 Maret 2020.
Menurut Suwendi, muruah PTKI sekurang-kurangnya dilakukan melalui 3 (tiga) aspek, yakni peningkatan mutu dosen, penguatan tradisi akademik, dan kapasitas kelembagaan. “Poros dari ketiga hal itu sesungguhnya sangat tergantung dari kemampuan dan tradisi riset pada PTKI. Sebab, riset akan berpengaruh terhadap kualitas dosen. Dosen yang baik adalah dosen yang produktif melakukan riset. Demikian juga nuansa akademik pada PTKI itu tergantung tradisi dosen dalam melakukan riset. Demikian juga akreditasi institusi juga dipengaruhi oleh seberapa banyak riset itu dilakukan”, ungkap Suwendi.
Untuk itu, menurut Suwendi, PTKI yang baru, seperti IDAQU, harus segera melakukan langkah strategis dalam meningkatkan mutu. “Segera dibuatkan milestones dan tahapan-tahapan yang memungkinkan untuk dilakukan, namun dengan kerja cepat dan tepat”, saran Suwendi.
Dalam konteks IDAQU, menurut Suwendi, IDAQU harus mampu mengakselerasi sang pengasuhnya, yakni KH Yusuf Mansyur, sehingga IDAQU tidak tertinggal. “Jika KH Yusuf Mansyur sebagai masinis itu ada di paling depan, maka jangan sampai gerbong IDAQU berada di paling belakang”, papar Suwendi.
Di bagian lain, Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat itu juga mengingatkan kembali pesan Menteri Agama RI saat meresmikan IDAQU, yakni perlu merumuskan secara matang tentang khittah IDAQU. “Apa yang membedakan antara IDAQU dibanding dengan PTKI lainnya? Apa distingsinya, sehingga ketika masyarakat luas mendengar atau melihat IDAQU maka segera tergambar dalam benak masyarakat itu ada sesuatu yang dinilainya sebagai keunggulan tersendiri. Keunggulan itu, bukan hanya pada sosok KH Yusuf Mansyur semata, tetapi pada persoalan yang lebih substantif-akademis yang memang nyata dan benar adanya”, ungkap Suwendi.
Pelatihan Dasar Penelitian untuk Para Dosen Institut Daarul Quran ini dihadiri oleh Rektor IDAQU, Muhammad Anwar Sani, para Wakil Rektor, dan seluruh dosen IDAQU.
(wendi/M Yani)
Bagikan: