Jakarta (Pendis)- Lulusan perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI) berbasis filsafat memiliki peran penting dalam menghadapi dinamika masyarakat akibat revolusi industry 4.0. Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan dahsyatkan perkembangan teknologi informasi mengantarkan pada pilihan-pilihan yang rumit di era pascakebenaran (post-truth). Oleh karenanya, lulusan filsafat sebagai orang yang memiliki kapabilitas intelektual akan mampu membedakan mana sumber informasi valid dengan informasi invalid atau hoax. Demikian uraian orasi ilmiah Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, saat pelaksanaan Wisuda Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, Jakarta, 14 Maret 2020.
Menurut doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, narasi untuk memahami agama secara seimbang berbasis aqliyah dan naqliyah, dan tidak terjebak ke dalam faham keagamaan minim nalar, itu sangat dibutuhkan dalam era revolusi industry 4.0 ini. “Narasi-narasi itu perlu dimasifkan melalui berbagai media, termasuk media sosial. Sebab, berdasarkan survey yang dilakukan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan tahun 2019, masyarakat kini telah banyak mendasarkan faham-faham keagamaannya bersumber dari media sosial” ungkap Suwendi. “Menurut survey Puslitbang itu, masyarakat kita mengakses handphone dan informasi digital yang lebih dari 5 (lima) jam dalam satu hari itu sebanyak 27%. Akses antara 3 (tiga) hingga 5 (lima) jam sebanyak 18,2%. Yang paling banyak adalah 2 (dua) hingga 3 (tiga) jam sebanyak 35,1%. Dan hanya, 19,7% saja yang mengakses kurang dari 1 jam dalam sehari. Ini artinya, kita semua perlu bergerak mengisi ruang-ruang digital itu dengan informasi dan faham-faham keagamaan yang baik, yang mendamaikan, bukan memprovokasi atau saling menyalahkan”, ungkap Suwendi.
Pada bagian lain, Suwendi juga mengingatkan bahwa semua PTKI yang ada di negeri ini harus tunduk dan taat terhadap ideologi Pancasila. PTKI harus mampu memberikan landasan dan sikap keagamaan yang produktif dengan ideologi kebangsaan, Pancasila. “Jangan sampai ada komunitas PTKI yang justeru menyatakan bahwa negara ini thogut karena dasar dan faham keagamaannya. Ini PTKI dan faham keagamaan yang salah dan tidak dapat dibenarkan di bumi NKRI ini”, ungkap Suwendi.
Wakil Koordinator Kopertais Wilayah I, Ahmad Thib Raya, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pihaknya mendorong agar PTKIS yang berada di wilayahnya mampu melakukan akselerasi akreditasi PTKIS. “Kami ingin PTKIS di wilayah I ini mendapat nilai akreditas A, sekurang-kurangnya bernilai B”, ungkap Thib Raya. Oleh karenanya, pihak kopertais mengharapkan dosen-dosen di lingkungan PTKIS juga memiliki kualifikasi yang tinggi. “Yang sudah magister harus segera menjadi doktor; dan yang sudh doktor agar segera diproses jabatan fungsionalnya menjadi guru besar”, harap guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kegiatan wisuda ini, selain dihadiri oleh Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, dan Wakil Koordinator Kopertais Wilayah I, Ahmad Thib Raya, juga dihadiri oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia, Ketua Yayasan Hikmat Al-Musthafa, Rektor, Pimpinan, dan sivitas akademika Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, orang tua dan wisudawan.
(Wendi/Hik)
Bagikan: