Semarang (Pendis) - Tidak semua orang menyadari akan pentingnya teknologi informasi khususnya sosial media. Mestinya internet harus digunakan untuk hal-hal yang produktif dan kemaslahatan seperti mengembangkan dakwah Islam yang damai.
Hal itu dikatakan Ketua Umum Keluarga Alumni (KALAM) UIN Walisongo Lukman Hakim pada Forum Dialog dan Literasi Media Bijak Bersosial Media, kerjasama antara KALAM Walisongo dengan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Sabtu (23/11).
Lukman melanjutkan sadar atau tidak, kita telah memasuki era baru masyarakat Indonesia, yaitu era internet. Dari 360 juta pengguna handphone ada 150 juta orang lebih menggunakan internet. "Tidak sedikit dari anak bangsa yang masih memanfastkan internet untuk ujaran kebencian dan memproduksi berita hoax yang meresahkan,"tambahnya.
Dihadapan ratusan mahasiswa dan Alumni UIN Walisongo, Lukman berharap agar Media Sosial benar-benar dimanfatkan untuk kemanslahatan bangsa yang aman, damai dan sejahtera. "Kita perlu mengembangkan sikap bijak bermedsos agar kehidupan kita semakin baik," lanjut Alumni Fakultas Dakwah ini.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Widodo Muktiyo mengajak kalangan milenial untuk bijak dalam menggunakan gawai dan bersosial media sebagai salah satu upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Gawaicyang bisa digunakan untuk mengakses berbagai sosial media memang telah menjembatani lompatan kehidupan manusia, namun demikian sebagai alat, mestinya dapat dimanfaatkan dengan tepat," kata Widodo.
Widodo melanjutkan, perkembangan teknologi, khususnya gawai dinilai telah menjadi candu dalam kehidupan karena hampir sebagian besar waktu kita digunakan dengan menggunakan gawai.
Dirinya juga menyayangkan kebiasaan orang tua yang memberikan gawai kepada anak dari usia yang sangat dini sehingga dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap anak, terutama dalam hal kesehatan.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN Walisongo Semarang M. Mukhsin Jamil mengatakan bahwa pada era globalisasi perkembangan teknologi setidaknya tengah memunculkan tiga fenomena yang harus diperhatikan yakni deteritorialisasi, deotoritasi, dan komersialisasi.
Deteritorialisasi, lanjut Mukhsin, adalah hilangnya batas-batas geografis, idiologi, sosial dan politik. Munculnya gerakan trans nasional menjadi salah satu indikasinya. Deotorisasi maksudnya otioritas-otoritas yang selama ini berjalan menjadi pudar digantikan oleh orang yang menguasai media.
"Kyai, guru, dosen otoritasnya mulai tergeser oleh para pelaku sosial media dan ini menjadi masalah tersendiri," terang Mukhsin.
Mantan Dekan Fuham ini meminta agar kerjasama antara Kalam Walisongo dengan Kominfo bisa diperluas dan dikuatkan merambah pada bidang kelembagaan dan akademik.
Forum Dialog Publik menghadirkan nara sumber Rumadi Ahmad Ketua Lakpedsam NU dan M. Nafis Junalia Intelektual Islam Kenamaan Jawa Tengah. Hadir dalam Sumiati Sesditjen IKP Kominfo, Adnan Kepala Biro AAK, Para Dekan dilingungan UIN Walisongo dan civitas akademika lainnya. (RB/Hik)
Bagikan: