Banda Aceh (Pendis) --- Delapan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dari berbagai rumpun keilmuan dikukuhkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Muhammad Ali Ramdhani pada Rapat senat terbuka dalam rangka pengukuhan Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Pengukuhan tersebut berlangsung di Auditorium Prof Ali Hasjmy Kopelma Darussalam Banda Aceh, Sabtu (18/11/2023). Turut dan turut disaksikan Rektor UIN Ar-Raniry Mujiburrahman, anggota senat dan pimpinan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Kedelapan Profesor tersebut, yakni Syabuddin, Saifullah, Damanhuri, Nurdin, Muhammad AR, Khairuddin, Safrul Muluk dan Habiburrahim. Selanjutnya mereka menyampaikan orasi ilmiah yang diawali oleh Prof. Dr. Syabuddin, M.Ag dengan judul “Strategi Belajar Sukses Berbasis Ibadah”.
Dalam orasinya, Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Islam ini menjelaskan bahwa aktifitas belajar sebagai aktivitas menuntut ilmu diharapkan bisa sukses, meskipun harus berhadapan dengan berbagai rintangan.
Syahbuddin menjabarkan beberapa pokok pikiran mengenai strategi belajar sukses berbasis ibadah di antaranya, meluruskan niat dan tujuan belajar, memilih ilmu dan guru, memiliki prinsip belajar, beradab, mengaktifkan Pancaindera, Membersihkan Qalbu dan Terus Membaca, Mengevaluasi, Mengamalkan dan menyebarkan ilmu, dan terakhir berdo’a.
Selanjutnya, Prof. Dr. Saifullah, S.Ag., M.Ag. akan menyampaikan orasi Ilmiah dengan judul “The Role Of Learning By Conscience In The Educational Context (As a New Paradigm in Education).
Dalam orasinya, Saifullah menyampaikan salah satu cara yang dapat mengarah pada konstruksi paradigma baru bahwa belajar dilakukan dengan hati Nurani. Belajar dengan hati nurani dapat digambarkan sebagai sebuah paradigma yang bertumpu pada sikap reflektif, yang terdiri dari tiga komponen penting yaitu keterbukaan, keutuhan hati, dan tanggung jawab.
Lebih lanjut, Ia menambahkan adapun proses terjadinya pembelajaran dengan hati nurani, ada empat fase lagi yang dilalui pembelajar yakni bertindak mengikuti gerak hati, pengalaman, komunikasi, dan tindakan.
Kemudian, Orasi ilmiah akan disampaikan oleh Prof. Dr. Damanhuri, M.Ag. dengan judul “Integritas Sarjana UIN Perspektif ”Hadis Al-Din”. Putra kelahiran Gosong Telaga, Singkil Utara, Aceh Singkil ini membahas tentang ajaran Islam dan pentingnya integritas dalam membangun kepercayaan dan menjaga hubungan baik.
Ia menekankan tentang pentingnya ilmu (ilmu) dan hubungannya dengan amal shaleh serta menjauhi perbuatan maksiat. Dalam sebuah hadits menjelaskan bahwa Dinul Islam itu ada tiga rukun (tiang)nya, yaitu iman atau keyakinan, insan yang beriman mukminin. Islam kepatuhan menjalankan hukum yang dijabarkan dalam fiqih Islam dan pengamalnya sesebuat muslimin.
Ihsan kebaikan sikap dan keindahan akhlak lahir dan batin (hati/jiwa). Pengamalnya adalah Muhsinin. Mukminin, muslimin, dan muhsinin inilah acuan syariat Islam. Pentingnya konsistensi antara perkataan dan tindakan, serta tanggung jawab dan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas.
Prof. Dr. Nurdin, M.Ag. yang tampil pada sesi keempat dengan menyampaikan orasi Ilmiah dengan judul “Kontekstualisasi Penafsiran Islam Wasatiyyah Dalam Al Qur’an”. Nurdin dalam orasinya menjelaskan kontekstualisasi penafsiran Islam Wasatiyyah Dalam Al-Qur’an yang diimplementasikan di era modern.
Adapun Prof. Muhammad AR membahas tentang akhlak terhadap guru sebagai sumber ilmu dan inspirasi. Jika kita memperoleh ilmu, maka sikap tawadhu’ itu perlu dan semakin banyak ilmu yang kita dapatkan, maka semakin tunduk dan patuh kita kepada Sang Pemilik Ilmu-yaitu Allah SWT. Ingat bahwa “ al-adabu fauqal ilmi” adab atau akhlak di atas keilmuan. Ilmu tanpa adab akan pincang.
Selanjutnya, Prof. Dr. Khairuddin, M.Ag memberikan orasi ilmiah tentang "Hubungan Al-Qur`an Dan As-Sunnah Dalam Penetapan Hukum Islam". Dia menjelaskan tentang pentingnya memahami Al-Qur'an dan situasi modern secara bersamaan dalam penetapan hukum Islam.
Menurutnya, beberapa ulama lebih mengutamakan Sunnah (ajaran
dan amalan Nabi Muhammad) dibandingkan Al-Quran dalam menentukan makna dan hukum Islam. Hadits seharusnya digunakan sebagai penjelasan tambahan terhadap Al-Quran, bukan sebagai penentu utama maknanya.
"Ada perbedaan pandangan mengenai hubungan antara Al-Qur'an dan Sunnah di kalangan ulama, ada yang memandang Sunnah sebagai penegasan dan penguatan hukum-hukum Al-Qur'an,"terang Khairuddin.
Prof Khairuddin menyarankan untuk meninjau kembali posisi Sunnah dalam menentukan hukum Islam dan menekankan peran mendasar Al-Qur'an dalam proses ini.
Prof. Safrul Muluk, S.Ag., M.A., M.Ed., Ph.D menjelaskan tentang perkembangan teknologi telah mengubah cara kita melakukan aktifitas. Dalam konteks pengajaran, pendidik dipaksa untuk mengikuti perkembangan teknologi dan meningkatkan praktik pengajaran mereka melalui pengajaran yang inovatif.
Hal ini terutama terjadi karena pelajar generasi sekarang lekat dengan produk -produk teknologi seperti smartphone, tab, dan laptop. Oleh karena itu, untuk terus memenuhi kebutuhan siswa dengan gaya belajar yang berbeda, pendidik harus mempertimbangkan memperbarui pendekatan pengajaran mereka untuk memungkinkan lingkungan belajar yang mendukung dan kreatif bagi siswanya.
Oleh karena itu, pendidik harus mengadopsi pengajaran kelas yang inovatif dengan mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses belajar-mengajar. Tentu ada banyak kesempatan yang bisa dikaji dan tantangan yang perlu dicari jalan keluarnya dalam upaya mengadopsi teknologi dalam proses belajar mengajar agar dapat menjadi solusi yang bagus untuk meningkatkan prestasi akademik siswa.
Terakhir, Prof. Habiburrahim dalam orasinya akan menyampaikan tentang “Pendidikan dan Pengembangan Manusia: Mencari Format Kurikulum Ideal”.
Ia menjelaskan bahwa Islam memandang ilmu tidak hanya sebagai alat untuk mencapai kesuksesan di dunia, namun juga sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.
UIN Ar-Raniry sebagai salah satu universitas Islam yang mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pendidikan umum, sudah
seharusnya mengembangkan kurikulum kearah yang lebih baik.
Dimana para lulusan dari perguruan tinggi ini bukan hanya memiliki pengetahuan umum yang akan menopang karir masa depan mereka, akan tetapi jauh dari itu, para lulusan dari perguruan tinggi ini diharapkan akan memiliki jiwa-jiwa yang kaya akan nilainilai agama sehingga dimanapun mereka bekerja, nilai-nilai keimanan dan keislaman mereka yang lebih menonjol sehingga setiap tingkah laku dan kebijakan yang diambil selalu berlandaskan pada nilai-nilai kejujuran dan keadilan. []
Tags:
ProfMujiburrahmanBagikan: