Cirebon (Kemenag) – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Amien Suyitno, menyoroti urgensi transformasi orientasi lulusan perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI) agar tidak semata-mata bergantung pada legitimasi ijazah dan akreditasi. Menurutnya, era kompetisi saat ini menuntut lulusan PTKI memiliki nilai tambah dan kompetensi lintas disiplin yang berdampak nyata di masyarakat.
“Dulu, akreditasi unggul menjadi tolok ukur utama. Sekarang tidak lagi. ASN tidak mensyaratkan kampus unggul, yang penting akreditasi minimal. Dunia kerja juga tak lagi berpaku pada linearitas jurusan. Yang dibutuhkan adalah kapasitas dan kebermanfaatan,” ujarnya dalam Seminar Nasional Penguatan Mutu Kelembagaan PTKI di Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon, Kamis (22/5/2025).
Prof. Amien mencontohkan banyak alumni dari jurusan keislaman yang sukses meniti karier di luar bidang akademik, bahkan menjadi anggota legislatif, kepala daerah, hingga komisioner lembaga negara. “Itulah realitas hari ini. Kampus harus menyusun skenario inovasi agar lulusan tidak hanya hidup dari profesi keagamaan konvensional, tetapi mampu menembus banyak sektor strategis,” tegasnya.
Ia mendorong kampus untuk menciptakan profil lulusan yang fleksibel, inovatif, dan mampu merespons kebutuhan zaman. “Kita perlu mendesain ulang kurikulum dengan penguatan kompetensi tambahan di luar yang struktural. Termasuk membuka diri pada pendekatan keilmuan eskatologis, seperti ilmu laduni atau thibbun nabawi, yang bisa diangkat dalam kajian akademik serius,” tambahnya.
Lebih jauh, Amien mengkritisi budaya akademik yang stagnan dan hanya mengejar formalitas. Ia menegaskan, tridarma perguruan tinggi—terutama riset dan pengabdian masyarakat—harus ditransformasikan agar lebih berdampak (impactful). “Kita sering bangga dengan jumlah riset dan PKM. Tapi pertanyaannya: apakah itu berdampak bagi publik? Itu yang harus dijawab,” katanya.
Dirinya menganalogikan kampus yang hanya menjalankan rutinitas seperti manusia yang sekadar makan untuk bertahan hidup. “Kampus itu harus beraktivitas untuk hidup. Tanpa inovasi, itu ibarat tubuh tanpa gizi. Kampus yang tidak aktif dan tidak adaptif, cepat atau lambat akan ditinggalkan masyarakat,” ujarnya dengan nada menggelitik.
Di akhir paparannya, Amien menyerukan agar PTKI berani menjadi pelopor dalam mengintegrasikan warisan intelektual Islam dengan metodologi ilmiah modern. “Kita punya kekayaan tradisi keilmuan. Jangan hanya jadi makmum dalam dunia ilmu. Jadilah imam, jadilah pelopor,” tutupnya penuh semangat.
Bagikan: