Bukittinggi (Pendis) -- Mahasiswa jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) didampingi Dosen dari Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, berperan aktif dalam kegiatan yang bertujuan untuk merawat keberagaman dan memotivasi anak muda di Kota Bukittinggi menggalakkan Moderasi Beragama. Kegiatan ini melibatkan kunjungan ke berbagai rumah ibadah.
Kota Bukittinggi dikenal memiliki latar belakang keberagaman budaya yang kuat, dengan sejarah penting yang melekat di dalamnya. Warisan budaya tersebut dianggap perlu untuk terus dirawat agar dapat membangun iklim perdamaian yang harmonis di kota ini.
Pelita untuk Perdamaian dan Keberagaman (Pelita Padang) dan Bukittinggi Beragam, bersama dosen dan mahasiswa jurusan Akidah Filsafat Islam dari UIN Bukittinggi, menginisiasi kunjungan ke rumah ibadah berbagai agama di Kota Bukittinggi serta melakukan sesi diskusi.
Kegiatan ini digelar selama 2 hari tanggal 27 s.d 28 Agustus 2023 yang diawali dengan materi dari dosen UIN Bukittinggi, Zulfan Taufik, dan pemaparan tentang jurnalistik dari jurnalis Rian Afdol. Dilanjutkan dengan agenda kunjungan ke beberapa Rumah Ibadah pada Senin, 28 Agustus 2023, dengan mengunjungi Gereja Katolik St. Petrus Claver, Vihara Buddha Sasana, dan Gereja Bethel Indonesia.
Kunjungan ke berbagai rumah ibadah tersebut adalah bagian dari kegiatan pembekalan wawasan tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.
Angelique Maria Cuaca, yang akrab disapa Like dan juga Ketua Pelita Padang, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan ruang pertemuan yang lebih harmonis, sehingga suasana yang mendukung keragaman dapat lebih mudah terwujud.
"Kegiatan ini diharapkan memunculkan ruang-ruang pertemuan yang lebih cair, sehingga iklim yang kondusif untuk keberagaman bisa membaur tanpa ada batasan sehingga terwujudlah rasa saling toleransi," ucapnya.
Suster Corrie, yang mendedikasikan dirinya untuk umat Katolik di Gereja St. Petrus Claver, menyambut baik inisiatif ini. Ia menyatakan bahwa keberagaman perlu dirawat, dan meskipun ada perbedaan, tujuannya tetap untuk mencapai kedamaian.
Para peserta melontarkan berbagai pertanyaan kepada suster tersebut, antara lain mengenai tata cara peribadatan umat Katholik, sejarah singkat bangunan cagar budaya tersebut, hingga kehidupan para biarawan dan biarawati yang sepenuhnya mengabdi untuk umat dan kemanusiaan.
Kunjungan berikutnya dilakukan di Vihara Buddha Sasana Bukittinggi. Erlinda, seorang umat Buddha di Bukittinggi, mengakui bahwa jumlah umat Buddha di kota ini memang terbatas, tetapi semangat spiritualitas dan nilai-nilai kemanusiaan tetap tinggi.
"Kami dari Vihara Buddha Sasana sangat menghargai kunjungan dari kawan-kawan untuk mendukung kerukunan kita umat antar beragama, saling menghargai, saling merangkul, sebagaimana disampaikan dalam Pancasila," imbuh Erlinda.
Kunjungan terakhir diadakan di Gereja Bethel Indonesia, yang saat ini menggunakan rumah sebagai tempat ibadah dan kegiatan lainnya, termasuk pendidikan agama untuk anak-anak sekolah.
Zera, salah satu umat Gereja Bethel, mengungkapkan harapannya agar pembangunan gereja dapat lebih mudah mendapatkan izin, sehingga kegiatan peribadatan dapat berlangsung dengan lebih nyaman.
Harapan dari kegiatan ini adalah menciptakan ruang yang lebih terbuka, inklusif, dan harmonis bagi semua warga kota, terlepas dari latar belakang agama dan kepercayaan mereka. Juga memperkuat rasa persaudaraan dan saling menghormati, serta menanamkan pendidikan kepada anak muda tentang toleransi dan kebhinekaan.
Bagikan: