Kediri (Pendis) – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Muhammmad Ali Ramdhani mengingatkan beberapa hal pengokoh Universitas kepada segenap civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri sebelum melakukan transformasi.
Beliau mendukung penuh serta mengapresiasi keinginan IAIN Kediri untuk melakukan transformasi.
“Secara Institusional maupun personal, Ditjen Pendis menopang dan mendukung penuh keinginan IAIN Kediri untuk melakukan transformasi,” kata Dhani panggilan akrabnya di Kediri, Jum’at (22/09/2022).
Dhani mengingatkan bahwa kekuatan dan kekokohan Institusional harus diperhatikan, catatannya tidak boleh lupa pada hakekat dari pendirian IAIN kita. Hakekat Pendirian dari sebuah IAIN adalah mewujudkan sebuah institusi sebagai agen perubahan, sebuah institusi yang mencerahkan pada semua dan sebuah tempat transformasi ilmu dan nilai.
“Sebagai orang yang mencerahkan biasanya kita sebut dengan ustadz, nah nilai ustadz tidak boleh hilang,” terangnya.
Berikutnya, lanjut Dhani, hal yang harus kokoh dalam sebuah Universitas Islam adalah nilai-nilai keushuluddinan. Fondamen dari segala sesuatunya adalah ilmu teologi yakni nilai-nilai ushuluddin.
“Kalopun peminatnya langka, tapi program-program di usuluddin ini adalah program misi. Hilangnya prodi-prodi usuluddin bisa jadi malapetaka, karena pusat pemikiran ilmu untuk ilmu adanya di usuludin,” tandasnya.
Dhani melanjutkan, setelah kekuatan dari ilmu-ilmu pondasi teologi, cara menafsirkan dan berpikir terhadap ruang-ruang agama akan membentuk tata hukum.
“Menata manusia dan lain sebagainya maka syariah akan kita butuhkan,” ungkap lelaki kelahiran Garut ini.
“Syariah merupakan pondasi atas berbagai dinamika dalam pemahaman kita terhadap teks-teks keagamaan secara tekstual maupun non-tekstual, maka itu harus diajarkan kepada masyarakat yang biasa kita sebut tarbiyah,” jelasnya lebih lanjut.
Menurut Dhani, dari fondamen keagamaan yang tertata dalam sebuah sistem kemasyarakatan yang diajarkan, maka akan memiliki sebuah ruang peradaban. Maka adab yang baik dalam peradaban yang baik pada komunitas wajib diajarkan.
“Ketika kita menikmati sebuah peradaban yang baik tentu kita harus menularkan dengan masyarakat luas, termasuk komunitas yang berbeda, itu yang kita sebut dengan dakwah,” ujarnya.
“Ustadz, ushluddin, syariah, tarbiyah, adab dan dakwah itu semua adalah menjadi misi utama dan tak boleh hilang dari instansi kita, sedang fakultas yang lain merupakan sebuah pelengkap,” sahutnya.
Bagikan: