Bandung (Pendis) -- Karakter pemilih ideal itu harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, agar dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu tahun 2024. Hadirnya pemilih yang cerdas, aktif, dan kritis, terutama di kalangan milenial, generasi z, sangat dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya Pemilu yang berkualitas dan berintegritas.
Pesan ini disampaikan oleh Staf Khusus Kementerian Agama RI, Mohammad Nuruzzaman, saat tampil menjadi narasumber Workshop Sosialisasi Pemilu pada Pemilih Pemula Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dipandu oleh Wakil Dekan III Ushuluddin, Radea. Juli. A. Hambali yang berlangsung di Gedung Abdjan Soelaeman, Senin (12/2/2024).
Sambil mengutip buku Milennial Nusantara, Pahami Karakternya, Rebut Simpatinya karya Hasanuddin Ali menjelaskan di masa depan, Indonesia sangat ditentukan oleh tiga karakter: masyarakat urban, kelas menengah dan generasi milenial.
Ada tiga karakter utama yang dimiliki generasi ini. Karakter pertama adalah connected. Generasi milenial selalu mengupayakan dirinya terhubung, dalam arti bersosialisasi dengan teman atau orang lain, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Karakter kedua, creative, berpikir out of the box, kaya ide, multitasking, dan mampu berkomunikasi. Karakter ketiga, confidence, percaya diri dalam mengemukakan pendapat.
Untuk pandangan keagamaan para milenial yang cenderung lebih moderat. Terlihat dari persentase antara yang berpikir realistis (66,7 persen) dan yang konservatif (3,9 persen). Dalam konteks situasi politik, terungkap mayoritas milenial (53 persen) bersikap optimistis, hanya sedikit (26 persen) yang pesimistis. Mereka juga yakin prospek stabilitas geopolitik Indonesia ke depan lebih positif.
“Pemilihan umum ini sangat menentukan masa depan kehidupan berbangsa, bernegara, bukan hanya generasi X, Baby Boomer, terutama dalam menyambut Indonesia emas. Semuanya itu menjadi tanggung jawab bersama, termasuk generasi z dan milenial. Kita mendorong generasi z, generasi milenial, untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum, karena politik bukan urusan calon, tapi politik dengan segala kebijakannya menjadi penentu masa depan di Indonesia,” jelasnya.
Ajakan untuk berpatisipasi aktif pada pencoblosan pemilu tanggal 14 Februari nanti menjadi buktinya. “Kita punya kepentingan untuk peduli generasi milenial pada politik, yang dibangun atas dasar kesadaran. Ini alasannya menjadi penting masa depan. Datanglah ke tempat pencoblosan sebagai bukti sadar akan pentingnya pemilihan dan jangan golput,” tandasnya.
Selain, Staf Khusus Kementerian Agama RI, Ketua KPU Provinsi Jawa Barat Ummi Wahyuni menjadi narasumber. Dalam pemaparannya menyampaikan pentingnya pemilu dan pemilihan. Pertama, Memberikan kesempatan kepada warga negara untuk menggunakan hak politiknya. Kedua, Sarana terjaminnya pergantian kepemimpinan secara konstitusional, regular, dan damai. Ketiga, Pemilu yang berkualitas dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Keempat, Sarana pengambilan keputusan bersama dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk di tingkat Jawa Barat dengan jumlah pendaftar pemilih tetap berjumlah 35.714.901 yang terdiri dari Milenial berjumlah 11.603.822, Generasi Z berjumlah 7.407.490, Generasi X berjumlah 10.658.794, Baby Boomer berjumlah 5.509.677 dan lansia berjumlah 535.118.
“Saya melihat sebagai optimisme untuk generasi z dan milenial, karena bukan hanya sebagai pemilih, tapi penyelenggara banyak dari generasi muda yang terlibat pada panitia pemilih. Saat KPU Jawa Barat melantik secara serentak terhadap 983.199 orang KPPS untuk mengisi 140.457 TPS. Petugasnya 80% generasi muda, sehingga ini menjadi bukti keterlibatan generasi muda. Juga Sirekap, sistem informasi rekapitulasi. Optimis generasi muda, karena rekrutmen KPPS mendaftar secara mandiri, pemilih anak muda mengambil peran bukan hanya pemilih, tapi terlibat dalam penyelenggaraan,” tuturnya.
Menurutnya, bentuk partisipasi dalam pemilu dan pemilihan ini bisa diawali dengan aktif mencari informasi tentang riwayat kandidat atau calon. Aktif mencari informasi tentang visi, misi dan program kandidat. Aktif mengikuti kampanye dan setiap kegiatan tahapan pemilu lainnya. Aktif mengecek statusnya sebagai pemilih. Aktif mengawasi dan melaporkan pelanggaran yang dilakukan oleh stakeholders pemilu. “Ini yang paling penting datang ke TPS menggunakan hak pilih. Berikan hak suara pada hari kasih sayang,” paparnya.
Rektor Rosihon Anwar, mengajak seluruh civitas akademika di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk dapat bijak dalam memilih, sambil memastikan bahwa proses pemilu berjalan damai dan terkendali.
“Tentu kegiatan ini sangat penting dalam konteks pengenalan pemilu untuk pemula, karena saudara sekalian jadi penentu masa depan. Kita berharap berjalan dengan baik, damai, lancar, proses demokrasi, saluran pesta demokrasi. Jaga kampus tetep kondusif, aman, program atau kegiatan kampus berjalan. Jangan lupa dengan jadwal kalender akademik semester genap untuk terus kuliah,” pesannya.
Bersama kita kawal keberlangsungan demokrasi dengan sikap yang bertanggung jawab. Pemilu damai, Jawa Barat damai, UIN Sunan Gunung Djati Bandung kondusif. “Kita sebagai muslim, semoga Allah SWT memberikan proses demokrasi yang berjalan lancar, sukses buat belajar karena tugas kita belajar atau kuliah,” tegasnya.
Wakil Rektor III, Husnul Qodim menyampaikan kegiatan ini dalam rangka meningkatkan partisipasi pemilih generasi milenial, “di samping memantapkan sosial pemilu seperti yang dilakukan oleh KPU. Hari ini kita melakukan sosialisasi dengan menghadirkan dua narasumber dari KPU dan Stafsus Kemenag. Mudah-mudahan acara berjalan lancar sesuai dengan arah tujuan, partisipasi mahasiswa semuanya bisa berpartisipasi dengan baik,” ujarnya.
Dengan menjadi pemilih yang cerdas ini Husnul berharap “Mudah-mudahan pemilu berjalan damai. Untuk menjaga kondusifitas biar tetap terjaga, tertib, tri dharma perguruan tinggi berjalan. Mari kita menghindari kebencian, hoax, sehingga harmoni dalam kehidupan terwujud,” pungkasnya.
Bagikan: