Membayangkan Kematian sebagai Terapi Kehidupan

Senin, 4 Mei 2020 00:00 WIB
Pendis

Membayangkan Kematian sebagai Terapi Kehidupan

Koronavirus telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Proses persebarannya meluas massif dalam skala global. Menurut peneliti dari Universitas Cambridge Inggris (dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences PNAS), awal mula virus ini terjadi antara tanggal 13 September sampai 7 Desember 2019. Hingga artikel ini ditulis, tidak kurang dari 213 negara terjangkit dengan total kasus terkonfirmasi sebanyak 2.203.927.

Data di Indonesia juga menunjukkan angka peningkatan yang cukup signifikan. Sejak tanggal 2 Maret, pengumuman resmi adanya kasus positif koronavirus di Indonesia, hingga saat ini tercatat ada 6.575 kasus positif, 582 orang meninggal dunia, dan 686 pasien sembuh.

Jumlah korban positif dan angka kematian akibat virus terus bertambah setiap harinya. Berita tersebut selalu diekspos di berbagai media. Kita pun sulit untuk mencegah diri dari berita tersebut. Di satu sisi, informasi tentang koronavirus penting bagi masyarakat, setidaknya sebagai himbauan kehati-hatian. Namun di sisi lain, massifnya berita tersebut, khususnya perambahan berita kematian, juga bisa memberi kesan mencekam bagi masyarakat.

Pada dasarnya, kematian telah berkembang menjadi sistem yang sangat kompleks dan dinamis. Ia melibatkan komponen biologis, psikologis, spiritual, sosial, dan budaya.5 Robert Kastenbaum menulis sejumlah komponen yang ada dalam satu budaya terkait kematian, misalnya, kepastian bahwa setiap orang akan mengalami kematian, tempat atau konteks dan waktu terjadinya kematian; serta objek budaya terkait kematian seperti peti mati, warna hitam, mobil jenazah, dan beragam simbol serta ritual dari berbagai upacara keagamaan terkait kematian.

Di mana saja engkau berada, kematian akan menjemputmu, kendatipun engkau di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh

Apa pun makna yang kita lekatkan pada kematian, berimplikasi penting bagi kesejahteraan kita dan menentukan bagaimana kita hidup.7 Menurut Komarudin Hidayat, memahami peristiwa kematian bagi seorang Muslim dapat memupuk semangat hidup di dunia, sehingga ia bisa hidup lebih bermakna bagi semuanya. Kesadaran tentang kematian akan melahirkan sikap optimisme bagi seorang Muslim, bukan ketakutan.

Lebih jauh, memahami peristiwa kematian dapat menyebabkan seorang Muslim menjadi produktif, kreatif, dan bermakna bagi sesama. Nabi Muhammad saw pernah menegaskan bahwa seorang Muslim yang cerdas adalah mereka yang paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuknya (HR. Ibnu Majah no. 4259).

Penelitian Nathan DeWall dan Roy F. Baumeister juga membuktikan akan hal itu. Keduanya melakukan penelitian terhadap mahasiswa di Universitas Kentucky dengan membaginya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diperintahkan untuk membayangkan betapa sakitnya mereka ketika ditangani dokter gigi. Sementara kelompok kedua diinstruksikan untuk merenungkan kematian mereka sendiri.

Berkaitan dengan hal itu, kecemasan yang dialami individu yang setiap harinya mendapati berita kematian akibat covid-19, pada dasarnya bisa menjadi solusi untuk self-healing (penyembuhan mandiri) melalui metafora death acceptance (penerimaan diri akan kematian). Berikut ini saya akan memberikan gambaran teknik self-healing tersebut.

Pertama, diawali dengan relaksasi sederhana, yaitu dengan menarik nafas dari hidung secara perlahan, selanjutnya dikeluarkan dari mulut hingga dada terasa lega. Kemudian, tenangkan hati dan pikiran, pejamkan mata dan bayangkan anda pergi ke pantai atau suatu tempat yang menyenangkan. Tentu di sana anda bersama keluarga, ada ayah, ibu saudara, serta anak istri anda.

Bayangkan anda berada di pantai dengan angin behembus lembut. Anda merasa tenang, semakin tenang, dan tenang sekali. Dalam kondisi yang sangat relaks tersebut, bayangkan anda ditemui oleh seseorang yang menyebut dirinya Malaikat Izrail. Lalu mengajak anda pergi meninggalkan dunia. Seluruh keluarga melihat kepergian anda.

Bayangkan, fisik anda bersama keluarga anda. Arwah anda kemudian pergi bersama Malaikat Izrail. Lihatlah, anda melihat keluarga anda melepas kepergian anda. Dengarkan apa yang mereka sampaikan tentang diri anda. Bayangkan, sesampai di awan, malaikat mengatakan untuk menunda kepergian anda. Anda kemudian dikembalikan seperti semula. Kembali ke jasad Anda. Lalu, akhiri bayangan ini dan relakan diri anda kembali dengan menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya melalui mulut.

Setelah itu, perenungan tentang hal negatif yang anda dengar dari keluarga, perlu digaris bawahi untuk diperbaiki. Ingat, memperbaiki diri dengan memulai dari akhir adalah efek dari penggunaan metafora death acceptance ini. Dengan itu, nantinya akan ada dorongan untuk selalu berbuat lebih baik dan keinginan memberikan yang terbaik dalam sisa hidup yang dimiliki. Di sinilah titik penting dari self-healing itu.

Perlu diketahui, pemeluk agama Buddha seperti di Thimphu, ibukota kerajaan Bhutan yang terletak di Asia Selatan, pada dasarnya juga melakukan hal yang sama. Di sana, seseorang diperintahkan untuk memikirkan kematiannya lima kali sehari. Hal ini menurut saya merupakan salah satu faktor yang menjadikan masyarakat di Bhutan dikenal sebagai masyarakat yang paling bahagia di dunia. (FYI, AA/Hik)

Oleh: D. Amirah Diniaty, M.Pd, Kons

*artikel ini disampaikan dalam Tadarus Litapdimas, Sehat Berpuasa, Selamat dari Penyakit. 23 April 2020


Tags:

Bagikan:







Pendis
EMIS

GERBANG DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN AGAMA

Pendis
KKGTK

Kelompok Kerja Guru Tenaga Kependidikan

Pendis
AKGTK

Asesmen Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan

Pendis
SISFODEMA

Sistem Informasi Dosen dan Mahasiswa

Pendis
SILABA

Sistem Layanan Bantuan Pendidikan Agama Islam

Pendis
SIAGA

Sistem Informasi dan Administrasi Guru Agama

Pendis
SIKAP

Sistem Administrasi Keagamaan dan Pesantren

Pendis
BEASISWA

Sistem Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMBA

Sistem Informasi Manajemen Bantuan Pesantren

Pendis
SILADIKTIS

Sistem Informasi Layanan Pendidikan Tinggi

Pendis
SIPPRO

Sistem Informasi Pengajuan Program Studi Baru

Pendis
PENYERTAAN IJAZAH

Layanan Penyetaraan Ijazah Luar Negeri

Pendis
SIMSARPRAS

Sistem Informasi Sarana Prasarana Madrasah

Pendis
RDM

Rapor Digital Madrasah

Pendis
SIMPRO

Sistem Monitoring Perkembangan Proyek

Pendis
CENDIKIA

Koleksi Elektronik Buku Pendidikan Agama

Pendis
KIP KULIAH

Program beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Agama

Pendis
SERDOS

Sistem Sertifikasi Dosen Pendidikan Agama

Pendis
PAKPTK

Layanan Aplikasi Penilaian Angka Kredit PTKI

Pendis
SIMSARPAS PTKI

Sistem Informasi Manajemen Sarana Prasarana PTKI

Pendis
LITAPDIMAS

Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendis
BEASISWA TIMTENG

Layanan Beasiswa Timur Tengah

Pendis
SITREN

Sistem Layanan Tanda Daftar Keberadaan Pesantren

Pendis
IJOP PDMA

Selamat datang di layanan Ijin Operasional PDMA

Pendis
SIPDAR LPQ

Tanda Daftar Lembaga Pendidikan Al-Quran

Pendis
PBSB

Program Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMORA

Sistem Informasi dan Manajemen PBSB

Pendis
KEMANDIRIAN PESANTREN

Sistem Informasi Kemandirian Pesantren

Pendis
SPACE

Sistem Pembelajaran Agama Cara Elektronik

Pendis
PDUM

Pangkalan Data Ujian Madrasah

Pendis
AKMI

Aplikasi Pendataan Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
PORTAL AKM

Portal Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
APP MADRASAH

Sistem Kelembagaan dan Kerjasama Madrasah

Pendis
ERKAM

Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Pendis
BOS KEMENAG

Bantuan Operasional Sekolah Kemenag

Pendis
IJOP SAH

Izin Operasional Pendirian Madrasah

Pendis
Selamat Datang di Portal PPID Kementerian Agama

Ini adalah website resmi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kementerian Agama Republik Indonesia.

Pendis
SIMPATIKA

Portal Layanan SIMPATIKA KEMENAG