Bangka (Kemenag) – Di tengah arus deras digitalisasi dan tantangan psikososial era Society 5.0, Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam (BKPI) Fakultas Tarbiyah IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik (IAIN SAS) Bangka Belitung menghadirkan terobosan akademik melalui Seminar Nasional bertajuk “Mengembalikan Kondisi Efektif Sehari-Hari (KES) dengan Menerapkan Nilai-Nilai Konseling Well-Being Agentic di Era Society 5.0”, Selasa (17/6/2025).
Menghadirkan narasumber utama Dr. Alfaiz, S.Psi., M.Pd., C.Ed., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Ma’soem University, seminar yang digelar di Aula Gedung Terpadu ini berhasil menarik perhatian ratusan mahasiswa, dosen, dan praktisi pendidikan.
Dalam paparannya, Alfaiz menekankan urgensi menggeser paradigma konseling dari sekadar mengatasi masalah menuju penguatan kesejahteraan individu secara proaktif dan kontekstual. “Konselor masa kini harus menjadi well-being agentic—agen perubahan yang berdaya, adaptif, dan empatik dalam merespons kompleksitas masalah manusia modern, dari tekanan digital hingga krisis makna,” tegasnya.
Seminar ini juga menjadi momentum strategis dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) antara Fakultas Tarbiyah IAIN SAS Babel dan Fakultas Ilmu Pendidikan Ma’soem University. Kerja sama ini meliputi pengembangan kurikulum kolaboratif, riset lintas kampus, serta pertukaran dosen dan mahasiswa.
“Ini bukan sekadar MoU di atas kertas, tapi gerbang kerja sama untuk mendorong praktik akademik yang relevan dengan dinamika zaman,” ujar Nikmarijal, Kepala Prodi BKPI. Ia menambahkan bahwa pendekatan well-being agentic sejalan dengan nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi empati, kebermaknaan, dan pemberdayaan individu.
Seminar dibuka secara resmi oleh Rektor IAIN SAS Babel yang diwakili oleh Hatamar. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa pendidikan tinggi harus mampu menjadi ruang tumbuhnya karakter dan kesadaran sosial mahasiswa. “Kegiatan ini sangat kontekstual dan menunjukkan kepedulian akademik terhadap isu besar zaman ini, yaitu kesehatan mental dan kesejahteraan,” ungkapnya.
Mahasiswa peserta seminar pun mengaku mendapatkan perspektif baru dan lebih dalam terkait praktik konseling kekinian. Salah satu mahasiswa, Lia, menyebutkan, “Kami belajar bahwa konseling bukan hanya untuk orang yang punya masalah, tapi juga untuk menguatkan potensi dan kualitas hidup siapa pun.”
Melalui seminar ini, Prodi BKPI IAIN SAS Babel kembali menegaskan komitmennya dalam mencetak lulusan yang tidak hanya cakap secara teori, tetapi juga adaptif dalam praktik. Peran konselor diposisikan sebagai bagian penting dalam ekosistem sosial yang sehat dan berkeadaban di era 5.0.
“Ini adalah langkah kecil tapi berarti untuk membangun generasi konselor yang tidak hanya tahu, tapi juga mampu merawat jiwa-jiwa yang terluka, membangun harapan, dan menjadi cahaya di tengah kompleksitas dunia,” tutup Nikmarijal.
Bagikan: