Menanggulangi Maniak Medsos dan Game pada Anak

Rabu, 12 Februari 2020 08:06 WIB
Pendis

Menanggulangi Maniak Medsos dan Game pada Anak

Media sosial masih menjadi kekhawatiran bagi orang tua yang memiliki anak ‘di bawah umur’. Usia yang masih terbilang labil ini harus berhadapan dengan kemajuan dunia digital yang semakin berkembang. Tentu saja, jika mampu mengoptimalkannya dengan baik, media sosial akan menjadi fasilitas yang dapat mendukung perkembangan anak.

 

Namun, bagaimanakah kiranya menghadapi anak yang sudah adiktif (kecanduan) dalam media sosial?

 

Dari berbagai penelitian, dampak buruk penggunaan media sosial dan game bagi anak masih mendominasi dibandingkan dampak yang terhitung positif. Misalnya saja, penelitian yang dilakukan Ahmad Shofiyuddin Ichsan di Yogyakarta. Penelitian tersebut dilakukan berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018.

 

Hasil penelitiannya pada dua sekolah berbeda di Yogyakarta menyebutkan bahwa anak yang memiliki media sosial 71% sudah memiliki rasa dengan lain jenis, bahkan 39% sudah berpacaran. Hal ini menjadi ironis, karena usia mereka belum menginjak dewasa. Dari segi usia, mereka masih labil dalam berinteraksi sosial, sehingga melalui media sosial, mereka bisa mengakses apapun, termasuk gambar-gambar pornografi.

 

Karenanya, dibutuhkan langkah-langkah tepat untuk menanggulangi hal tersebut. Masih menurut penelitian Ahmad Shofiyuddin Ichsan, orang tua memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan kepada anaknya. Selain itu juga perlu sinergitas dari lingkungan dan peraturan pemerintah untuk membuat regulasi yang tepat terkait hal ini.

 

Penelitian yang bekerjasama dengan Diktis Pendis Kementerian Agama RI ini menemukan beberapa langkah yang dirasa tepat dijadikan solusi dalam menanggulangi 'maniak' media sosial dan game bagi anak. Solusi-solusi tersebut adalah

 

1. Menanamkan pendidikan agama sebagai pendidikan nilai 

 

Dengan pendidikan agama, anak terus diajarkan cara-cara bersosialisasi yang baik, sehingga di dalam diri anak muncul nilai-nilai sikap dan sifat yang agamis. Tidak hanya itu, perlu juga orang tua memberikan contoh bagaimana hidup yang teratur berlandaskan pada nilai-nilai agama. Pendalaman nilai-nilai agama juga penting ditanamkan dalam diri anak, agar anak mempunyai wawasan tentang batasan-batasan dalam etika beragamanya.

 

2. Mengintensifkan komunikasi di lingkungan keluarga

 

Kesibukan orang tua menimbulkan komunikasi dengan anak sangat berkurang. Maka langkah terbaik adalah mulai mengurangi kesibukan di luar rumah, dan lebih mengintensifkan komunikasi dengan anak-anak. Memang, dengan adanya smartphone telah membantu komunikasi anak dengan orang tua yang sibuk bekerja. Setidaknya hasil penelitian menyebutkan sebanyak 18% smartphone mereka digunakan untuk komunikasi dengan orang tua yang kerja.

 

3. Meminimalisir waktu bermain smartphone

 

Orang tua harus lebih berpikir ulang menyerahkan smartphone kepada anak. Jika susah untuk meminimalisir, sebaiknya orang tua mendampinginya dalam menggunakan smartphone tersebut. Atau sebaiknya smartphone tidak bisa diakses internet secara mudah oleh anak. Meskipun tidak dapat mengakses internet, tentu harus dilihat dan diawasi, sebab saat ini, banyak pula game yang sudah bisa dimainkan mesti tanpa ada jaringan internet.

 

4. Memprioritaskan anak daripada pekerjaan

 

Sudah saatnya orang tua memprioritaskan pekerjaannya untuk anak-anaknya. Jika kedua orang tua sibuk bekerja, keduanya harus berkomitmen dalam membagi jadwal dalam mengawasi anak-anaknya selama di rumah. Tentu hal tersebut memerlukan kematangan berpikir.

 

5. Memahamkan bahayanya jika berlebihan bermedia sosial

 

Jika di dalam keluarga memiliki atmosfer keluarga berpendidikan, langkah terbaik adalah memberikan pemahaman secara utuh dampak negatif dan positif penggunaan media sosial. Sebaliknya jika di dalam keluarga tidak memiliki pendidikan yang cukup, maka ancaman bahaya negatif adalah yang harus dipahamkan ke anak.

 

6. Mencari media alternatif daripada media sosial

 

Memberikan kepahaman kepada anak bahwa media sosial sebenarnya adalah alat untuk mencari informasi (ilmu) baru. Jika anak sudah memiliki kepahaman hal tersebut, orang tua harus mengalihkan media lain selain media sosial dalam mencari informasi apa pun. Misalnya, mengajak diskusi ke keluarga terdekat, sesekali dibawa ke tempat yang ramai agar anak tidak terpaut pada smartphonenya.

 

7. Beraktivitas dalam kegiatan yang lebih produktif

 

Orang tua (yang memiliki anak pengguna media sosial) seyogianya mulai berpikir untuk mencarikan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat kepada anak. Semakin anak sibuk beraktivitas, lambat laun anak semakin meninggalkan 'maniak' media sosial tersebut dan pada akhirnya tidak ada waktu untuk menggunakannya.

 

Tujuh hal di atas akan menjadi solusi yang efektif, manakala kita memulainya dari diri sendiri. Sebab, terkadang anak-anak menjadi ‘maniak’ karena melihat apa yang dilakukan oleh lingkungannya. Mari bijak dalam menggunakan media sosial. Mari ajarkan anak-anak melakukan hal-hal yang lebih positif. Demi kemaslahatan masa depan bangsa.

 

 

Penulis: Sufyan Syafii

Editor: Kendi Setiawan

 

Tags:

#Diktis#Kemenag#penelitian#medsos#anak#Pendis


Tags:

Bagikan:







Pendis
EMIS

GERBANG DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN AGAMA

Pendis
KKGTK

Kelompok Kerja Guru Tenaga Kependidikan

Pendis
AKGTK

Asesmen Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan

Pendis
SISFODEMA

Sistem Informasi Dosen dan Mahasiswa

Pendis
SILABA

Sistem Layanan Bantuan Pendidikan Agama Islam

Pendis
SIAGA

Sistem Informasi dan Administrasi Guru Agama

Pendis
SIKAP

Sistem Administrasi Keagamaan dan Pesantren

Pendis
BEASISWA

Sistem Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMBA

Sistem Informasi Manajemen Bantuan Pesantren

Pendis
SILADIKTIS

Sistem Informasi Layanan Pendidikan Tinggi

Pendis
SIPPRO

Sistem Informasi Pengajuan Program Studi Baru

Pendis
PENYERTAAN IJAZAH

Layanan Penyetaraan Ijazah Luar Negeri

Pendis
SIMSARPRAS

Sistem Informasi Sarana Prasarana Madrasah

Pendis
RDM

Rapor Digital Madrasah

Pendis
SIMPRO

Sistem Monitoring Perkembangan Proyek

Pendis
CENDIKIA

Koleksi Elektronik Buku Pendidikan Agama

Pendis
KIP KULIAH

Program beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Agama

Pendis
SERDOS

Sistem Sertifikasi Dosen Pendidikan Agama

Pendis
PAKPTK

Layanan Aplikasi Penilaian Angka Kredit PTKI

Pendis
SIMSARPAS PTKI

Sistem Informasi Manajemen Sarana Prasarana PTKI

Pendis
LITAPDIMAS

Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendis
BEASISWA TIMTENG

Layanan Beasiswa Timur Tengah

Pendis
SITREN

Sistem Layanan Tanda Daftar Keberadaan Pesantren

Pendis
IJOP PDMA

Selamat datang di layanan Ijin Operasional PDMA

Pendis
SIPDAR LPQ

Tanda Daftar Lembaga Pendidikan Al-Quran

Pendis
PBSB

Program Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMORA

Sistem Informasi dan Manajemen PBSB

Pendis
KEMANDIRIAN PESANTREN

Sistem Informasi Kemandirian Pesantren

Pendis
SPACE

Sistem Pembelajaran Agama Cara Elektronik

Pendis
PDUM

Pangkalan Data Ujian Madrasah

Pendis
AKMI

Aplikasi Pendataan Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
PORTAL AKM

Portal Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
APP MADRASAH

Sistem Kelembagaan dan Kerjasama Madrasah

Pendis
ERKAM

Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Pendis
BOS KEMENAG

Bantuan Operasional Sekolah Kemenag

Pendis
IJOP SAH

Izin Operasional Pendirian Madrasah

Pendis
Selamat Datang di Portal PPID Kementerian Agama

Ini adalah website resmi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kementerian Agama Republik Indonesia.

Pendis
SIMPATIKA

Portal Layanan SIMPATIKA KEMENAG