Pepali Ki Ageng Selo dari Sudut Schleiermacher

Rabu, 12 Februari 2020 08:35 WIB
Pendis

Pepali Ki Ageng Selo dari Sudut Schleiermacher

Ki Ageng Selo adalah tokoh sufi Nusantara berkebangsaan asli Jawa, tepatnya daerah Demak, Jawa Tengah. Sebagai seorang sufi, Ki Ageng Selo memilik konsep dan ajaran tasawuf fenomenal yang dituliskan dalam syair-syair tembang macapat yang tersusun dalam Pepali Ki Ageng Selo.


Untuk memehami pesan moral (moral idea) Pepali Ki Ageng Selo secara holistik, hal mendasar yang perlu diketahui bersama adalah bentuk karya Pepali Ki Ageng Selo berupa karangan sastra, dan dituliskan dalam bentuk syair. Pengetahuan ini selanjutnya akan berpengaruh pada proses interpretasi yang dilakukan dalam 'proyek' penelitian atas naskah itu sendiri.


Sebagai seorang peneliti, Rima—untuk membedah naskah Pepali Ki Ageng Selo—mendudukkan Hermeneutika Friedrich Daniel Er Nst Schleiermacher sebagai alat verstehen, atau suatu ilmu yang berusaha memahami tindakan-tindakan sosial dan menguraikannya dengan menerangkan sebab–sebab tindakan tersebut—terhadapnya. Dalam hal ini Rima meminjam teori Hermeneutika sebagai pisau analisis teks untuk menangkap ajaran-ajaran tasawuf yang disampaikan Ki Ageng Selo dalam pepalinya.

 

Sebagaimana mafhum, Schleiermacher adalah salah seorang tokoh hermeneutika berkebangsaan Jerman. Schleiermacher menawarkan satu konsep lingkaran hermeneutika sebagai kerangka metodologi interpretasi akomudatif. Yaitu, metode interpretasi yang didasarkan pada (1) proses reposisi mental pengarang dan (2) pemahaman interteks secara besamaan.
 

Sederhananya, hermeneutika Schleiermacher mengajarkan bahwa seorang yang hendak memahami pesan suatu teks—tak terkecualikan juga naskah Pepali Ki Ageng Selo dalam posisinya sebagai karya sastra—harus melalui dua 'pembacaan' yang saling terkait kelindan. Pertama, seorang pembaca teks (reader) harus melakukan pembacaan ulang terhadap segala apapun yang melatari pengarang teks (author). Dalam hal ini yang harus dipahami dari pengarang adalah sosiokultural beserta sosioreligi sang pengarang, kecenderungan psikologi pengarang hingga kepentingan yang menunggangi pengarang itu sendiri. Langkah ini dimaksudkan untuk mencerna segala hal yang berkaitan dengan pengarang.


Kedua, seorang pembaca teks (reader) harus mencerna leksikal gramatikal teks itu sendiri secara utuh. Dalam hal ini yang harus dipahami adalah keterkaitan interteks dari satu bab ke bab selanjutnya, pemilihan istilah-istilah dalam tata kebahasaannya bahkan struktur susunan gramatikal yang digunakan oleh pengarang (author). Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui pesan teks—secara tekstual—yang dituliskan oleh pengarang.

 

Sementara itu, Rima dalam penelitiannya yang berjudul Corak Ajaran Tasawuf dalam Pêpali Ki Agêng Selo Ditinjau dari Perspektif Hermeneutik Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher menggunakan hermeneutika Schleiermacher ini sebabgai metode interpretasi atas teks Pepali Ki Ageng Selo.

 

Dalam hasil penelitian yang dilakukan berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018, merujuk teori Hermeneutika Schleiermacher sebagaimana dijabarkan di atas, peneliti menuturkan bahwa untuk memahami pesan-pesan moral (moral idia) dan ajaran tasawuf Pepali Ki Ageng Selo, pembaca (reader) harus memahami dua aspek dominan dari teks itu sendiri. Pertama, memahami psikologis kepengarangan, Ki Ageng Selo dalam posisinya sebagai text authority. Dan kedua, memhami leksikal gramatikal interteks syair-syair tembang macatap Pepali itu sendiri.


Sebagai langkah yang pertama, peneliti menuturkan latar belakang Ki Ageng Selo. Menurut Rima, Ki Ageng Selo adalah masyarakat pribumi asli Jawa yang merupakan leluhur kerajaan Mataram. Oleh karenanya Rima menarik kesimpulan bahwa pribadi dan latar belakang Ki Ageng Selo tidak dapat dilepaskan dengan segala bentuk tradisi serta kebudayaan Jawa yang begitu arif pada masa Kerajaan Demak. Implikasi latar belakang kedaerahan ini, mengakibatkan Ki Ageng Selo dalam ajaran tasawufnya banyak bertutur tentang tradisi, kebudayaan dan adat Jawa sebagai pedoman hidup manusia berbudi luhur.

 

Kecenderungan tasawuf Ki Ageng Selo ini diperkuat dengan kepribadian Ki Ageng Selo yang merupakan sosok seorang petani. Oleh karenanya, semakin tampak bahwa ajaran tasawuf Ki Ageng Selo lebih 'membumi' ketimbang ajaran tasawuf falsafi murni yang cenderug melangit.
 

Bersamaan dengan latar 'Jawi' ini, Rima juga menuturkan bahwa Ki Ageng Selo juga merupakan murid Kanjeng Sunan Kalijaga. Sebagaimana mafhum, Kalijaga adalah seorang dai muslim yang menggunakan pendekatan tradisi dan kearifan lokal sebagai media dakwahnya. Kalijaga dari segi pemikiran filsadat dan tasawufnya, lebih menonjolkan dimensi praktis prilaku-prilaku mulia. Maka, sebagai implikasi dari latarbelakang ini, tasawuf yang diajarkan Ki Ageng Selo dapat digolongkan pada tasawuf akhlaki.


Setalah memahmi latar kepengarangan tersebut—masih tetap dalam pijakan hermeneutika Schleiermacher—langkah kedua yang harus ditempuh oleh pembaca (reader) adalah memahmi leksikal gramatikal interteks itu sendiri.

Dalam hal ini, Rima mencermati dengan rinci tembang-tembang syair Pepali Ki Ageng Selo secara pupuh-perpupu. Rima juga menjelaskan kandungan isi dari tiap-tiap bagian—yang secara umum dibagi menjadi enam bab—dalam Pepali itu.

 

Menurut penelitian Rima yang didukung Diktis Kemenag ini, ajaran tasawuf Ki Ageng Selo memiliki porsi paling dominan dalam dalam Asmaradana dan Mijil. Syair-syair tembang macapat yang terdapat dalam kedua bagian tersebut menjelaskan tentang ilmu-ilmu yang digunakan untuk mengetahui dan mendekatkan diri kepada Tuhan: ilmu syariat, tarekat, hakikat, dan ilmu makrifat.


Namun demikian, peneliti sama sekali tidak menafikan beberapa bagian yang lain. Peniliti juga menyebutkan bahwa Ki Ageng Selo menuturkan tentang konsep 'Tuhan' dalam Dhandanggula. Dalam bagian ini Ki Ageng Selo menggunakan kata 'Hyang Widi untuk menyebut Tuhan. Pemilihan kata 'Hyang Widi' dalam bab ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan sosio-religi masyarakat Jawa yang notabene Hindu-Buda di masanya.

 

Bagian bab ini oleh peneliti dikaitkan dengan-bagian sebelumnya, Maskumambang. Dalam Maskumambang—khususnya pada pupuh delapan sampai sepuluh—Ki Ageng Selo mengutip Surat Al-Imran ayat 27 untuk menerangkan konsep hidup dan mati. Hal ini menjelaskan bahwa ajaran Islam sudah mengakar di tanah jawa sejak abad 16.


Berdasarkan—dua pendekatan hermeneutika Schleiermacher yang telah dideskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa ajaran tasawuf Ki Ageng Selo dipengaruhi oleh latar masyarakat jawa yang tidak bisa dilepaskan dari tradisi dan kebudayaan lokal berkearifan tingngi. Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa Ki Ageng Selo memusatkan ajarannya pada tatacara hidup mulia di tengah-tengah masyarakat jawa yang berorientasi pada kebahagian hadirnya Tuhan, Allah  dalam diri manusia.

 

Penulis: Ahmad Fairozi

Editor: Kendi Setiawan

Tags:

#Diktis#Ki Ageng Selo#Kemenag#penelitian#sufi#macapat


Tags:

Bagikan:







Pendis
EMIS

GERBANG DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN AGAMA

Pendis
KKGTK

Kelompok Kerja Guru Tenaga Kependidikan

Pendis
AKGTK

Asesmen Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan

Pendis
SISFODEMA

Sistem Informasi Dosen dan Mahasiswa

Pendis
SILABA

Sistem Layanan Bantuan Pendidikan Agama Islam

Pendis
SIAGA

Sistem Informasi dan Administrasi Guru Agama

Pendis
SIKAP

Sistem Administrasi Keagamaan dan Pesantren

Pendis
BEASISWA

Sistem Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMBA

Sistem Informasi Manajemen Bantuan Pesantren

Pendis
SILADIKTIS

Sistem Informasi Layanan Pendidikan Tinggi

Pendis
SIPPRO

Sistem Informasi Pengajuan Program Studi Baru

Pendis
PENYERTAAN IJAZAH

Layanan Penyetaraan Ijazah Luar Negeri

Pendis
SIMSARPRAS

Sistem Informasi Sarana Prasarana Madrasah

Pendis
RDM

Rapor Digital Madrasah

Pendis
SIMPRO

Sistem Monitoring Perkembangan Proyek

Pendis
CENDIKIA

Koleksi Elektronik Buku Pendidikan Agama

Pendis
KIP KULIAH

Program beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Agama

Pendis
SERDOS

Sistem Sertifikasi Dosen Pendidikan Agama

Pendis
PAKPTK

Layanan Aplikasi Penilaian Angka Kredit PTKI

Pendis
SIMSARPAS PTKI

Sistem Informasi Manajemen Sarana Prasarana PTKI

Pendis
LITAPDIMAS

Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendis
BEASISWA TIMTENG

Layanan Beasiswa Timur Tengah

Pendis
SITREN

Sistem Layanan Tanda Daftar Keberadaan Pesantren

Pendis
IJOP PDMA

Selamat datang di layanan Ijin Operasional PDMA

Pendis
SIPDAR LPQ

Tanda Daftar Lembaga Pendidikan Al-Quran

Pendis
PBSB

Program Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMORA

Sistem Informasi dan Manajemen PBSB

Pendis
KEMANDIRIAN PESANTREN

Sistem Informasi Kemandirian Pesantren

Pendis
SPACE

Sistem Pembelajaran Agama Cara Elektronik

Pendis
PDUM

Pangkalan Data Ujian Madrasah

Pendis
AKMI

Aplikasi Pendataan Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
PORTAL AKM

Portal Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
APP MADRASAH

Sistem Kelembagaan dan Kerjasama Madrasah

Pendis
ERKAM

Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Pendis
BOS KEMENAG

Bantuan Operasional Sekolah Kemenag

Pendis
IJOP SAH

Izin Operasional Pendirian Madrasah

Pendis
Selamat Datang di Portal PPID Kementerian Agama

Ini adalah website resmi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kementerian Agama Republik Indonesia.

Pendis
SIMPATIKA

Portal Layanan SIMPATIKA KEMENAG