Kemampuan membaca sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk menambah wawasan dan mendapatkan ilmu. Meski untuk mendapatkan ilmu dan menambah wawasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun pintu paling besar untuk mendapatkan ilmu ialah dengan cara membaca.
Kemampuan membaca tentu akan meningkatkan sumberdaya manusia suatu bangsa. Sudah bisa dipastikan ketikan sumber daya manusia meningkat kemajuan dan kejayaan suatu bangsa akan bisa diraih.Hal ini sudah menjadi hukum alam, siapa yang punya banyak wawasan luas akan lebih mudah mendapatkan kejajayaan. Dan, cara terbaik untuk membuka wawasan dan cakrawala dunia adalah dengan cara membaca.
Walaupun membaca itu sangat penting dan juga merupakan perintah pertama Al-Qur'an yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Akan tetapi ada suatu paradoks bahwa bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, akan tetapi kemampuan membacanya rendah.
Hal demikian karena sejak usia dini, para anak-anak Indonesia kurang ditekankan pentingnya literasi dan membaca. Anak-anak Indonesia yang umumnya duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah atau SD menurut beberapa penelitian memiliki kekampuan rendah.
Penelitian yang dilakukan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia tentang kemampuan membaca anak. Tahun 2011 PIRLS melakukan studi tentang kemampuan membaca yang mengungkapkan bahwa hanya lima persen siswa Indonesia yang diteliti menunjukkan kemampuan membacanya sampai tingkat high dan advance, sementara lebih dari 30 persen tingkatannya very low, hampir 40 persen hanya tingkat low, dan bahkan hanya 25 persen saja siswa yang mencapai tingkat intermediate.
Hasil survei dari studi Most Littered Nation In the World 2016 yang dilakukan pada tahun 2016 lalu menyatakan bahwa saat ini minat baca masyarakat Indonesia sangatlah rendah. Sebab minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Rendahnya kemampuan dan minat baca, kebiasaan membaca, disinyalir menjadi faktor utama penyebab rendahnya budaya literasi.
Walaupun penelitian tersebut menunjukkan tingkat kemampuan membaca anak-anak Indonesia rendah akan tetapi beberapa tahun terakhir ada angin segar yang menunjukkan perkembangan bahwa anak-anak Indonesia sudah memulai memiliki kemampuan membaca yang baik terkhusus pada kemampauan membaca bahasa Arab.
Sebuah penelitian yang dilakukan M Sofyan Alnashr dilakukan berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018 berjudul Penilaian Kemampuan Membaca Bahasa Arab Anak Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Pati menunjukkan bahwa sebagian besar anak Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Pati memiliki kemampuan membaca bahasa Arab yang baik.
Penelitian yang dilakukan dengan mengunakan empat indikator penilaian kemampuan bahasa Arab yaitu mengenal huruf Hijaiyah, membaca huruf berharakat, membaca kata Bahasa Arab dan terakhir membaca kalimat bahasa Arab menunjukan 60 persen siswa tingkat MI (Madrasah Ibtidaiyah) di Kabupaten Pati mempunyai kemampuan yang baik dalam membaca tulisan berbahasa Arab.
Tentu hal ini cukup membanggakan untuk menjawab survei di atas yang menyatakan kemampuan membaca anak Indonesia rendah. Ternyata kemampuan anak-anak di daeraha Kabupaten Pati memiliki kemampuan membaca yang baik, terlebih dalam membaca bahasa Arab.
Hal ini tentu membawa dampak positif, karena Bahasa Arab adalah bahasa ilmu pengetahuan yang hampir seluruh keilmuan agama Islam ditulis dengan Bahasa Arab. Dengan berbekal kemampuan membaca bahasa Arab yang baik tingkat anak-anak atau Madrasah Ibtidaiyah, tentu diharapkan mereka akan mampu mempelajari Islam secara mendalam dan komprehensif.
Dan, dengan belajar Islam secara komprehensif inilah diharapkan akan bisa menyebarkan ajaran Islam moderat dan mencegah timbulnya pemikiran radikal di kalangan milineal Islam.
Penulis: Ahmad Khalwani
Editor: Kendi Setiawan
Tags:
Bagikan: