Pendidikan adalah modal utama untuk membangun peradaban unggul nan sejahtera. Pendidikan bisa dikatakan sebagai pilar utama yang wajib digalakan kepada masyarakat jika ingin dikatakan sebagai masyarakat yang maju. Pendidikan adalah basis dari proses pencerahan, sebagai agen dan sarana memanusiakan manusia, atau kunci untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Perlu diketahui bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan untuk membuat kita sukses tetapi lebih dari itu pendidikan sangat diperlukan untuk merubah paradigma berpikir sehingga peradaban bangsa ini akan menjadi lebih baik.
Sebagian masyarakat kita memaknai bahwa pendidikan dikejar hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Hal inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya bias gender dalam pendidikan. Apalagi masyarakat di pedesaan yang masih menggangap bawah ruang gerak laki-laki dalam dunia kerja lebih banyak daripada perempuan.
Pada dasarnya perempuan dan laki-laki secara biologis memang diciptakan berbeda. Namun demikian walaupun secara biologis diciptakan berbeda akan tetapi tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara peranan dan fungsinya didalam kehidupan baik dari aspek sosial, pendidikan, politik maupun kebudayaan.
Itu artinya perempuan dan laki-laki mempunyai peran dan fungsi yang sama di dalam masyarakat. Ketika lelaki bisa mendapatkan pendidikan sampai S3 maka perempuan pun juga bisa.
Akan tetapi, di sebagian masyarakat masih terjadi bias gender yaitu dengan adanya persepsi bahwa laki-laki berhak untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi dari pada perempuan. Dan, tugas perempuan itu lebih baik mengurusi rumah saja. Oleh karena persepsi yang demikian maka untuk menyetarakan peran dan fungsi antara perempuan dan laki-laki inilah dibutuhkan pendidikan gender dalam masyarakat.
Persepsi masyarakat terhadap gender ini penting untuk diperhatikan, karena hanya dengan masyarakat yang memiliki persepsi gender berkeadilan yang bisa menciptakan peradaban yang maju.
Iwantoro dalam penelitian yang dilakukan di Desa Kalipang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan dengan judul Pendidikan Anak Dalam Perspektif Gender: Studi Kasus Pendidikan Anak di Desa Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan tahun 2018 berhasil merekam bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan gender antara laki-laki dan perempuan khusunya.
Dalam penelitian tersebut, Iwantoro menggambarkan bahwa masyarakat Desa Kalipang masih berpersepsi bahwa pendidikan anak laki-laki lebih utama daripada anak perempuan. Ada kecenderungan bahwa anak laki-laki lebih mendapat kesempatan yang lebih besar daripada anak perempuan, masyarakat lebih mengutamakan anak laki-lakinya untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi.
Meskipun secara umum masyarakat memberikan perhatian yang sama kepada anak-anaknya baik perempuan maupun laki-laki karena mereka menganggap bahwa anak adalah titipan Allah yang harus dijaga, akan tetapi pada praktiknya anak laki-lakilah yang mendapatkan kesempatan yang lebih besar.
Hasil penelitian yang didukung oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI, bisa dijadikan contoh bahwa sebagian besar persepsi masyarakat kita terhadap pendidikan anaknya masih terjadi bias gender. Masyarakat masih lebih mengutamakan pendidikan anak laki-lakinya dibanding anak perempuanya.
Oleh karena hal yang demikian maka sangat dirasa pentingnya pendidikan gender untuk masyarakat agar tidak terjadi diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam peran dan fungsinya di dalam kehidupan.
Penulis: Ahmad Khalwani
Editor: Kendi Setiawan
Tags:
Bagikan: