Membangun Karakter Siswa Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

oleh: Emi Indra (Pelatih Nasional PPKB, Guru PAI SMPN 1 Palu)

Kehadiran Kurikulum Merdeka dengan berbagai inovasinya memberikan ruang yang luas untuk peserta didik. Peserta didik akan didekatkan dengan kehidupan di luar kelas. Mempelajari kehidupan di luar kelas akan menempa mereka berkembang lebih baik. Dengan mengenalkan kehidupan sehari-hari, diharapkan kepekaan dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya akan meningkat.

Gagasan untuk mendekatkan peserta didik dengan lingkunganya telah disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, KI Hajar Dewantara berpuluh tahun lampau. Untuk menyegarkan ingatan bersama, berikut kutipan pemikiran Ki Hajar Dewantara: “...perlulah anak-anak (Taman Siswa) kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar supaya mereka tidak hanya memiliki ‘pengetahuan’ saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat ‘mengalaminya’ sendiri, dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya.”

Senyatanya, pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut sangat mendalam dan mulia bagi pendidikan di negara ini. Punggawa Taman Siswa ini menginginkan pendidikan yang dapat berjalan beriringan dengan apa yang tejadi pada rakyat. Dia berharap, pada diri anak-anak terdapat kehendak dan motivasi yang terbangun agar turut menjadi bagian dari apa yang dirasakan rakyat. Inilah cita ideal yang diimpikannya.

Namun sayang, dalam praktiknya, idealitas tersebut masih belum muwujud sebagaimana mimpi yang dijalaninya. Terlalu banyak varian masalah yang membuat batas tegas bahwa mimpi adalah mimpi itu sendiri, sementara realitas adalah sesuatu yang masih sangat berjarak dari harap dan cita.

Pada perjalanannya, untuk mewujudkan cita-cita pendidikan tersebut dan setelah melewati berbagai eksperimentasi ide dan pelaksanaan model kurikulum, hadirlah Kurikulum Merdeka dengan berbagai inovasinya. Salah satunya adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P 5). Sasaran dari Projek tersebuat adalah melahirkan pelajar yang memiliki profil Pancasila. Dalam praktiknya, projek tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ‘mengalami pengetahuan’ sebagai proses penguatan karakter sekaligus sebagai bentuk belajar secara nyata dari lingkungan sosialnya.

Lalu pertanyaannya, apakah kurikulum sebelumnya tidak mengamanahkan pada dimensi profil pelajar Pancasila? Jawabnya, tentu mengamanahkan juga. Namun, hal tersebut masih sebatas dititp-titipkan pada dokumen perencanaan pembelajaran, praktiknya belum optimal.

Dalam proses pendidikan, pembelajaran tidak hanya difokuskan agar peserta didik menghafal dan menguasai semua mata pelajaran, tetapi lebih difokuskan pada bagaimana peserta didik memiliki perilaku yang menampilkan Profil Pelajar Pancasila yang menekankan pada enam dimensi. Keenam dimensi itu adalah Beriman dan Bertakwa Pada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Mandir, Kreati, dan Bernalar kritis. Dimensi-dimensi tersebut perlu dilatih dan dibiasakan dalam keseharian peserta didik.

Tujuan pembelajaran projek tidak akan tercapai jika hanya dilaksanakan pada pembelajaran intrakurikuler saja. Pembelajaran intrakurikuler rutin dilaksanakan setiap hari, namun sangat terbatas waktu untuk melaksanakan P 5 secara bersamaan karena pada pembelajaran intrakurikuler terdapat Capaian Pembelajaran (CP) yang harus dituntaskan. Itulah sebabnya, P5 diberi waktu secara khusus untuk dibelajarkan. Pada Kurikulum Merdeka, Projek Pelajar Pancasila diberi porsi secara khusus, sekitar 20-30 persen jam pelajaran dialokasikan untuk P 5. Alasan pengalokasian tersebut karena P5 membutuhkan waktu khusus agar pengembangan karakter siswa akan lebih terimplementasi dengan baik.

Profil Pelajar Pancasila adalah karakter yang dibangun dalam keseharian dan dihidupakan dalam diri siswa melalui pembelajaran intrakurikuler, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, ekstrakurikuler, dan budaya satuan pendidikan. Pada pembelajaran intrakurikuler, guru diharapkan mengintegrasikan dimensi Profil Pelajar Pancasila dalam proses kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik tidak hanya menguasai dimensi pengetahuan konseptual, faktual, prosedural, dan metakognitif tetapi juga memliki karakter profil Pancasila.

Pembelajaran projek ini penting karena peserta didik berkesempatan mendapatkan pengalaman langsung dan belajar melalui pengalaman tersebut, keterampilan dan kompetensi yang dipelajari peserta didik dari berbagai disiplin ilmu diintegrasikan dan struktur belajar yang lebih mendeka dan fleksibel (Suryadien dkk, 2022). Projek ini dilaksanakan di luar jam pelajaran intrakurikuler agar pelaksanaannya lebih fleksibel, tidak terlalu formal, dan tidak harus dikaitkan dengan mata pelajaran di kelas (Anggraini dkk, 2021).

Berdasarkan Kemendikbudristek Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka), projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil Pancasila. Dalam pembelajaran Kokurikuler, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting dan terkini seperti anti radikalisme, perubahan iklim, teknologi, budaya, kehidupan demokrasi, wirausaha sehingga peserta didik melakukan aksi nyata dalam menyikapi isu tersebut sesuai dengan tahap belajarnya.

Peserta didik diharapkan menjadi sosok yang berkontribusi memberikan solusi terhadap berbagai isu atau tema-tema penting, bukan menjadi peserta didik yang menimbulkan masalah dalam masyarakat. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk berkontribusi terhadap lingkungannya, juga dapat menjadikan peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkompeten, berkarakter, dan berprilaku sesuai nilai-nilai Pancasila, sehingga kehadirannya di masyarakat diharapkan kelak menjadi uswah, dan figur.

Hal paling utama yang perlu diketahui adalah bahwa orientasi pelaksanaan Projek Pengautan Profil Pelajar Pancasila bukan pada hasil atau produknya, tapi bagaimana peserta didik berproses dalam mengerjakan projek sesuai tujuan sehingga mereka dapat menampilkan profil pelajar pancasila. Bukanlah menjadi keharusan pada setiap selesai pelaksanaan projek harus gelar karya, yang lebih penting adalah aktualisasi dan penguatan enam dimensi P5. Produk tidak dilarang dipamerkan, namun bukan menjadi hal yang utama. Yang tak kalah pentingnya pada P5 adalah Umpan Balik dan refleksi aktivitas peserta didik, jangan sampai fasilitator terjebak pada membandingkan produk peserta didik.

Semoga, pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila akan melahirkan peserta didik yang benar-benar mengaktualisasikan enam dimensi P5 sehingga output pendidikan menjadi pembelajar sepanjang hayat yang berkarakter.

Editor: Saiful Maarif







Terkait