Degradasi Kestrategisan Ujian Nasional

Degradasi Kestrategisan Ujian Nasional

Tajuk Rencana (Suara Merdeka) Pengumuman resmi pemerintah mengenai bagaimana esensi Ujian Nasional (UN) 2015 memang belum dikeluarkan. Namun, dari pernyataanpernyataan Mendikbud Anies Baswedan sejauh ini, kemungkinan besar akan terjadi degradasi kestrategisan UN.

Kesimpulan itu muncul setelah Anies mengungkapkan UN tidak lagi digunakan sebagai penentu kelulusan siswa. Beberapa hari lalu, isyarat itu dikuatkan dengan rencana memberi mandat penuh kepada sekolah untuk menetapkan hasil UN. Sebelumnya, penentuan apakah seorang siswa lulus atau tidak ditentukan oleh peraturan pemerintah.

Peraturan itu menentukan bobot UN dalam perhitungan hasil akhir dan nilai minimal yang harus didapat pada tiap mata pelajaran agar seorang siswa dinyatakan lulus. Dari apa yang sudah dinyatakan oleh Mendikbud, kemungkinan aturan-aturan tersebut dibuat sekolah sendiri. Negara hanya menjadi inisiator dan fasilitator.

"Wasitnya" adalah sekolah. Gambaran itu membuat kekhawatiran ganti menteri ganti kebijakan terbukti. Perubahan begitu drastis, karena selama ini UN merupakan penentu utama kelulusan. Memang, dalam beberapa tahun terakhir bobot porsinya dalam perhitungan hasil akhir diturunkan, meskipun batas minimal nilai per mata pelajaran dinaikkan. Keputusan tersebut terasa makin mengejutkan, bila ternyata nanti nilai UN tak lagi berfungsi sebagai penentu penerimaan ke jenjang pendidikan berikutnya.

Mendikbub menjanjikan sekitar sepuluh hari lagi ketentuan lengkap mengenai UN akan diumumkan kepada masyarakat. Tetapi, sebelumnya Anies berulang-ulang mengatakan UN lebih ditujukan pada upaya pemetaan, untuk kemudian menjadi dasar kebijakan pemerataan pendidikan antarwilayah di negeri ini.

Pandangan demikian bisa dimengerti, karena memang faktor kesenjangan telah menjadi persoalan klasik dalam berbagai sektor. Terlepas dari berbagai kekurangan dan masih timpangnya kualitas pendidikan antarwilayah, hal yang tidak bisa dipungkiri dari pelaksanaan UN selama ini adalah keberhasilan menghasilkan mekanisme yang memunculkan transparansi pada seleksi untuk jenjang pendidikan selanjutnya.

UN memang memunculkan ketegangan yang berlebihan dan fokus pengajaran yang lebih mengarah pada upaya membiasakan murid mengerjakan soal-soal ujian. Tetapi, hasil UN bisa memberi gambaran seorang anak dalam persaingan berebut sekolah. Kejujuran yang masih menjadi problem dalam pelaksanaan UN sebenarnya adalah persoalan dalam berbagai hal di negeri ini.

Kejujuran memang bisa dan harus dibangun. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah membuat mekanisme yang membuat orang-orang curang tidak bisa berkutik. Karena itu, degradasi kestrategisan UN jangan memunculkan penurunan kualitas transparansi dalam seleksi penerimaan siswa baru.


Tags: