Demi Performa Maksimal, Peserta Anugerah Konstitusi Lakukan Simulasi

Demi Performa Maksimal, Peserta Anugerah Konstitusi Lakukan Simulasi

Cirebon (Pendis) - Pembekalan Peserta Anugerah Konstitusi Tahun 2016 yang berlangsung selama tiga hari, 13-15 Oktober 2016 di Cirebon, Jawa Barat, bermaksud untuk memberikan motivasi dan arahan agar peserta benar-benar siap menghadapi babak final pada 24-25 Oktober 2016 mendatang. Pada babak final, mereka akan bersaing dengan para guru PKn dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seleksi pada babak final tidak lagi berupa seleksi berkas, melainkan presentasi langsung di hadapan enam orang juri yang terdiri dari hakim, pakar pendidikan, unsur Kementerian Agama dan unsur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penilaian presentasi ini memberikan tantangan tersendiri bagi para peserta. Adakalanya seorang peserta sangat baik dalam menulis karya ilmiah, tetapi kurang pada sisi presentasi. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, untuk memastikan kesiapan para peserta dari Kementerian Agama maka dilakukanlah simulasi presentasi. Juri pada simulasi presentasi ini terdiri dari Dr. Rochmat (Sekretaris Balitbang), Aceng Abdul Aziz, M.Pd (Kabag Ortala dan Kepegawaian), Dr. Kidup Supriyadi, M.Pd (Kasubdit Ketenagaan Dit. Madrasah) dan Ardi (Mahkamah Konstitusi).

Herlinawati Susanti (MIN Muara Durian Gambut, Kalsel) mempresentasikan karya ilmiah berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Materi Mengenal Simbol-Simbol Pancasila dan Lambang Negara Garuda Pancasila Melalui Pembelajaran Picture And Picture. Susanti menunjukkan bahwa pemberian permainan puzzle Garuda Pancasila mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami simbol-simbol yang terdapat pada Garuda Pancasila. Tidak hanya mempresentasikan, Susanti juga memperagakan permainan puzzle Garuda Pancasila di hadapan para juri.

Sudrajad (MAN 1 Kalibawang, Yogyakarta) mempresentasikan karya ilmiah berjudul Membangun Kesadaran Berkonstitusi Siswa Melalui Penerapan Model Dicovery Learning Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui penerapan model Discovery Learning ini, Sudrajad mengajak peserta didiknya untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban-jawaban atas persoalan kebangsaan, seperti demokrasi, korupsi dan penegakan hukum. Di hadapan juri, Sudrajad memberikan contoh persoalan mengenai perbedaan bentuk pemerintahan antara Indonesia dan Inggris. "Mengapa Inggris dipimpin oleh seorang Ratu dan Perdana Menteri, sementara di Indonesia hanya dimpimpin oleh presiden tanpa ada Perdana Menteri?," terang Sudrajat memberikan contoh. Kemudian siswa diajak untuk menemukan sendiri landasan hukum atas perbedaan bentuk pemerintahan tersebut.

Seluruh peserta yang akan mewakili Kementerian Agama di ajang Anugerah Konstitusi Tahun 2016 melakukan simulasi presentasi. Banyak saran dan masukan yang diberikan oleh juri baik pada sisi redaksi maupun substansi persoalan. Tidak hanya saran dan masukan, para peserta juga diberikan gambaran mengenai pelaksanaan Anugerah Konstitusi pada tahun-tahun sebelumnya, mulai dari pertanyaan yang sering diajukan oleh juri sampai pada persoalan teknis presentasi, yakni durasi waktu dan peralatan yang disediakan.

(Nanang/ra)


Tags: