Prof. Dr. Mukti Ali, M. Hum

Prof. Dr. Mukti Ali, M. Hum

Salatiga (Pendis) - Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga kini memiliki Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi Antarbudaya menyusul penetapan salahsatu pengajarnya, Dr. Mukti Ali M.Hum, sebagai guru besar bidang ilmu tersebut. Penetapannya sebagai guru besar diharap turut mengokohkan kajian ilmu komunikasi yang ditawarkan UIN Salatiga maupun perguruan tinggi keagaman Islam negeri lainnya.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim sebelumnya menetapkan Mukti sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi Antar Budaya. Ia ditetapkan melalui Surat Keputusan Mendikbudristek Nomor 70708/MPK.A/KP.07.01/2022 tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen.

"Terhitung mulai tanggal 1 November 2022 dinaikkan jabatannya menjadi Profesor/Guru Besar dalam bidang Ilmu Komunikasi Antarbudaya, dengan angka kredit sebesar 922," sebut putusan seperti dikutip UIN Salatiga News, Rabu (15/2/2023).

Dalam surat yang sama disebutkan, penetapan pengajar yang lahir di Menes Banten ini didasarkan pertimbangkan terpenuhinya seluruh syarat kepangkatan akademik yang bersangkutan. Salahsatunya Penetapan Angka Kredit-nya dari Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nomor 772 Tahun 2022.

Dihubungi terpisah, Mukti menyampaikan syukur sekaligus apresiasinya kepada Menteri Agama RI dan seluruh jajaran Kementerian Agama RI, pimpinan dan kolega sesama pengajar di UIN Salatiga, mitra peneliti di berbagai perguruan tinggi lain, dan keluarga. Seluruh pihak, ujarnya, telah berperan penting memberikan dukungan penuh baginya sebagai pengajar di salahsatu perguruan tinggi keagamaan Islam Negeri.

"Untuk itu, capaian sebagai guru besar ini perlu saya maknai sebagai besarnya tanggungjawab akademik yang dipikul, terutama mendorong kajian komunikasi di UIN Salatiga maupun perguruan tinggi keagamaan Islam negeri lainnya sehingga memberikan maslahat lebih banyak untuk umat," harapnya.

Terkait bidang ilmu yang menjadi kepakarannya, Mukti melihat Ilmu Komunikasi Antarbudaya makin signifikan untuk terus dikembangkan kajiannya di era globalisasi kini. Realitas globalisasi, jelasnya, memperpendek bahkan meniadakan ruang jarak dan waktu sehingga perlu dibangun pola komunikasi yang ideal bagi setiap individu anggota masyarakat sebagai pelaku komunikasi dari beragam latar belakang.

"Persentuhan antarindividu semakin mempertajam intensitas pertemuan, sementara individu-individu sebagai sosok liyan (the other), berasal dari ruang dan tempat -kultur- yang berbeda dengan kita. Kondisi ini yang menjadikan kajian ilmu Komunikasi Antarbudaya makin perlu dikembangkan kajiannya," paparnya.

Perguruan tinggi keagaman Islam yang cukup banyak di tanah air, sambungnya, menjadi lembaga akademik yang bisa mengambil peran lebih dalam mendorong komunikasi antarbudaya. Keilmuan ini bisa menjadi katalisator dalam membangun sikap dan pemahaman umat beragama dalam merespon realitas sosial keagaman yang berbeda sesuai filosofi moderasi beragama sebagai visi beragama di tengah keyakinan keagamaan yang beragam.

"Komunikasi antarbudaya mampu menjadi katalisator untuk membangun pemahaman bahwa memang kita berbeda dalam banyak hal dan kita tidak berhak untuk menyamakannya. Dan, memaksa orang untuk sama dalam hal apapun, berarti kita sudah mengingkari kehendak yang Ilahi itu sendiri," paparnya.

Mukti sendiri berharap penetapannya sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi Antarbudaya bisa mengoptimalkan perannya dalam mengembangkan kajian komunikasi di UIN Salatiga maupun PTKIN di bawah Kementerian Agama RI. Terlebih kepakaran Komunikasi Antarbudaya di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam relatif baru.

Sebagai pengajar, Mukti tercatat mengampu sejumlah mata kuliah di jenjang sarjana maupun pascasarjana. Beberapa diantaranya Teori Komunikasi, Komunikasi Antarbudaya, Kapita Selekta Komunikasi, Sosiologi dan Antropologi, Teori Perubahan Sosial, Ilmu Komunikasi, Islam dan Budaya Lokal, Metodologi Penelitian dan lainnya.

Lulus dari Jurusan Perbandingan Agama UIN Jakarta (2000), Mukti tercatat menamatkan pendidikan magister bidang American Studies di Universitas Gadjah (2007) dan pendidikan doktoral Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung (2013). Sejumlah shortcourse juga diikuti alumnus Pesantren Daar El-Qolam Banten ini di berbagai negara di Eropa dan Asia seperti Jerman dan India.

Untuk menamatkan pendidikan doktoralnya, Mukti menulis disertasi berjudul 'Agama Ageming Aji In Intercultural Communication: An Ethnographic Study of Javanese Families Whose Members Have Islamic and Christian Religion' dengan promtor Prof. H. Deddy mulyana, Ph.D, Prof. Dr. Hj. Nina Winangsih, dan Prof. dan Dr. H. Haryo S. Martodirdjo. Pada disertasi yang dipromotori tiga pakar komunikasi itu, Mukti meneliti pemaknaan falsafah Jawa 'Agama Ageming Aji' dalam keluarga berbeda keyakinan agama di Jawa Tengah.

Sebagai akademisi, Mukti tercatat aktif melakukan riset komunikasi antar budaya di sejumlah daerah di Indonesia. Tahun 2008, ia meneliti alienasi budaya pada masyarakat Suku Bajo di Sulawesi Tenggara yang diterbitannya menjadi buku Suatu Etnografi Suku Bajo (An Ethnography of Bajo’s Tribe) (2010). Sejumlah riset lain dengan topik komunikasi antar budaya terus dilakukannya.

Sejumlah karya akademik berupa buku dan artikel juga berhasil ia publikasikan. Untuk buku, diantaranya Komunikasi Antarbudaya dalam Tradisi Agama Jawa (2017), Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Tuhan (2006), Melawan Hoax di Media Sosial dan Media Massa (2017), Harmonical Communication: Sebuah Pesan Damai Dalam Perbedaan (2016).

Berbagai artikelnya juga terpublikasi di sejumlah jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional berekognisi. Diantaranya, The Impact Of Social Media For The Development Of Da’wah In Indonesia (Religia, 2021), Having the First-Year as Overseas Students: Intercultural Communication as Identity Negotiation of Indonesian Ph.D. Muslim Women Students in the United States (Journal of Ethnic and Cultural Studies, 2022), Dealing with Islamophobia: Expanding religious engagement to civic engagement among the Indonesian Muslim community in Australia (HTS Teologiese Studies, 2022), Ethics and Human Dignity as Communication of Javanese Family that Interfaith Religious Life (Psychology and Education Journal, 2020). (zm)


Tags: # PTKINKeren