Rektor UIN Mahmud Yunus Batusangkar Kembali Kukuhkan Dua Guru Besar/Profesor

Rektor UIN Mahmud Yunus Batusangkar Kembali Kukuhkan Dua Guru Besar/Profesor

Batusangkar (Pendis) -- Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar Prof. Dr. Marjoni Imamora, M.Sc kukuhkan dua Guru Besar (Profesor), yang ke 6 dan 7 di UIN Mahmud Yunus Batusangkar Yakni Prof. Dr. H. Zainuddin, M.A Sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Fikih dan Prof. Dr. H. Syukri Iska, M.Ag. Sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Ekonomi Syariah, Senin (24/10/2023).

Marjoni Imamora mengatakan, Alhamdulillah hari ini UIN Mahmud Yunus Batusangkar kembali kukuhkan dua orang Guru Besar/Profesor. Menjadi profesor tentu tercermin figure yang penuh kehati-hatian, kearifan, keluasan pandangan, dan kebijaksanaan yang tentunya meningkatkan budaya akademik dan keilmuan.

Tentu, momentum pengukuhan profesor adalah bagian dari coretan sejarah baru dalam kehidupan seorang dosen yang padanya mengandung hak dan kewajiban yang tidak ringan, dari segi hak, negara mengpresiasi dan kehormatan kinerja tertinggi diantara dosen dan tendik, ucapnya.

Selain itu, dari segi kewajiban, seorang profesor memilki kewajiban yang juga tidak ringan. Profesor berkewajiban, agar terus berkontribusi bagi penyelesaian persoalan bangsa ini khususnya masalah degrasi moral, kemiskinan, penegakan hukum yang belum adil, pendidikan yang belum merata dan mahal serta kerakter korupsi yang telah merajalela yang belum terselesaikan.” ujar Marjoni”

Lebih lanjut Profesor  Bidang Fisika ini menekankan, kita akan terus mengakselerasi pendampingan dosen menuju jabatan guru besar di UIN Mahmud Yunus Batusangkar, sehingga menjadi prioritas yang terus kita gulirkan, karena kita pastinya setuju bahwa keberadaan Profesor akan meningkatkan kewibawaan akademik dan kematangan kampus kita dalam mengantarkan para mahasiswa meraih gelar Sarjana, magister dan Doktor dikampus ini.

Marjoni meminta kedua Profesor agar senantiasa menghadirkan pemikiran yang menyejukkan dan menenangkan masyarakat, tentunya warga UIN Mahmud YUNUS Batusangkar dengan pendapat-pendapat serta gagasan yang mampu mengurai permasalahan.

”Kedua Profesor juga harus menujukkan kerakter yang paripurna sehingga bisa menjadi tauladan yang menginspirasi bagi mahasiswa, kolega khususnya dan masyarakat pada umumnya. Profesor juga harus tampil menjadi seorang yang moderat karena memiliki kekayaan keilmuan, sehingga tidak terlibat dengan perdebatan namun menfungsikan diri sebagai wasit yang mampu merekatkan perpecahan sehingga akhirnya mampu mempersatukan masyarakat dan bangsa Indonesia” tutupnya.

Dalam orasinya Zainuddin menyampaikan pemetaan politisasi agama dalam Pilpres 2019, kampanye yang dilakukan oleh kontestan pemilu biasanya menimbulkan polarisasi, di Indonesia polarisasi itu cenderung terpola menjadi dua, yaitu nasionalis dan religius.

Nasionalis dan religius, namun fenomena politisasi agama, terutama agama Islam semakin menguat. Hal ini wajar, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Konten keagamaan yang ditonjolkan pun cukup bervariasi, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.

Dalam orasinya pria kelahiran Kuala Simpang Aceh Timur Provinsi Aceh ini memetakan isu-isu keagamaan pada pilpres 2019 kepada, Simpatik Isu, Non Simpatik (Negatif) Isu dan Konter Isu.

sementara itu, Syukri Iska pria kelahiran padang 19 Oktober 1963 itu mengemungkakan Equilibrium Economic System: Refleksi Sinkronisasi Sistem Ekonomi Pancasila dan Ekonomi Islam.

Lebih lanjut putra ke-empat dari sembilan bersaudara mengatakan dalam masalah ekonomi, ada dua aliran mazhab ekonomi mainstream di dunia semenjak beberapa abad yang lalu, yakni kapitalisme dan sosialisme, telah memperlihatkan awal muncul dan berkembang sampai saat ini

Dalam konstelasi ekonomi global saat ini, Indonesia sebagai negara besar, baik secara geografis maupun demografis dan budaya, seharusnya memiliki daya tawar yang tinggi, dengan secara konsisten memperlakukan system ekonominya yang sangat elegan, sebagai satu system eknomi beridentitas dan berintegritas, yakni system ekonomi berimbang (equibilium economic system) berbasis Pancasila, yang berkorelasi dengan system ekonomi Islam yang telah menjadi bagian dari system ekonomi global, tutupnya.