Kebutuhan Sarjana Teknik Masih Tinggi

Kebutuhan Sarjana Teknik Masih Tinggi

SEMARANG (Suara Merdeka)– Lulusan perkuliahan berlatar belakang teknik perlu berbesar hati dalam menembus persaingan kerja. Sebab, keahlian mereka masih sangat dibutuhkan di Tanah Air.

"Data menunjukkan Indonesia sebenarnya masih sangat kekurangan insinyur. Ini berkenaan sebagai negara berkembang yang masih akan membangun banyak sarana prasarana," terang Rektor UPGRIS Dr Muhdi usai membuka Forum Simposium Teknik Sipil dan Arsitektur bertemakan Inovasi dalam Proyek Konstruksi di gedung pusat kampus, Rabu (11/2).

Hadir pembicara pakar Guru Besar Unika Soegijpranata Prof Dr Ing LMF Purwanto dan pakar teknik Ir Sulistyana MT. Kekurangan tenaga ahli di bidang teknik mencakup sipil, arsitek, mesin, kimia, listrik bahkan nuklir.

Sarjana teknik dari berbagai PT sangat dibutuhkan terlibat di berbagai proyek infrastruktur. "Presiden Jokowi bahkan menegaskan sarjana teknik sangat dibutuhkan pemikirannya untuk merancang dermaga, stasiun modern, hingga jalan tol. Persoalannya, Indonesia masih kekurangan ilmuan di bidang ini.

Padahal pemerintah pusat menerima banyak tawaran investasi dalam negeri maupun manca negara," terang rektor. Fakta ini menunjukkan keberadaan lulusan teknik belum mencukupi kebutuhan. Alasan ini juga yang mendasari alumnus tak perlu berkecil hati.

Cetak Sarjana

Rektor mengaku pihaknya akan berkontribusi menyumbang banyak tenaga ahli. UPGRIS akan mencetak banyak sarjana teknik demi membantu menjawab permasalahan kekurangan insinyur di Indonesia. "Kami tentu berkeinginan lulusan asal UPGRIS memiliki keahlian memadai.

Tak hanya memenuhi standar kualifikasi namun juga akan mampu bersaing di era pasar bebas ASEAN,"imbuhnya. Pemerintah sepertinya juga akan mendorong berbagai fakultas teknik. Otoritas bahkan berkeinginan memberikan insentif sehingga diharapkan mampu memasok jumlah lulusan lebih banyak.

Termasuk, kata Muhdi, ikut memberikan beasiswa bagi mahasiswa fakultas teknik. Prof Purwanto dalam simposium memaparkan makalah berjudul Service Learning: Sebuah Pembelajaran Pembangunan Rumah Berkelanjutan. Adapun Sulistyana menjelaskan mengenai efisiensi manajemen konstruksi berdasarkan inovasi elemen struktur bangunan. (H41-95)


Tags: