Kemenag Minta Mahasiswa Jangan Jadi Intelektual di Menara Gading

Kemenag Minta Mahasiswa Jangan Jadi Intelektual di Menara Gading

Manado (Pendis) - Mahasiswa sering disebut sebagai the agen of intellectual change, agen perubahan bangsa. Sosok intelektual yang harus membumi, memahami dengan benar persoalan yang dihadapi masyarakat, bukan di menara gading yang jauh dari realitas sosial.

Pernyataan itu dikatakan Ruchman Basori Kepala Seksi Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI saat menjadi narasumber International Student Conference Islamic Studies (ISCIS) Himpunan Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi (HIMADIKSI) IAIN Manado pada Sabtu (23/09) di Manado.

"Mahasiswa harus aktif menyelesaikan problem-problem kemasyarakatan, kebangsaan dan ke-Indonesiaan seperti kemiskinan, kebodohan dan dekadensi moral," tegas Mantan Ketua I Senat Mahasiswa IAIN Walisongo ini.

Di tengah keterbatasan yang dimiliki, mahasiswa penerima Bidikmisi harus mempunyai cita-cita yang tinggi, bermimpi besar dan menjadi aktor-aktor perubahan masyarakat. "Jargon menjangkau yang belum terlayani adalah menjadi tekad Kementerian Agama memberikan akses bagi anak-anak bangsa yang secara ekonomi berada dalam keterbatasan," kata Mantan Aktivis `98 ini.

Di hadapan 200 Mahasiswa Penerima Bidikmisi Ruchman mengatakan "Saudara-saudara adalah mahasiswa yang beruntung karena diberikan beasiswa studi oleh negara, di saat yang lain gagal kuliah bahkan tidak sempat mencicipi bangku kuliah". Karenanya lanjut Ruchman Basori mahasiswa harus menjadikan kampus sebagai kawah candradimuka menempa diri agar mempunyai kedewasaan berpikir, bersikap dan berprilaku.

Bagi Ruchman kampus merupakan tempat yang tepat bagi tumbuhnya Idealisme. "Perjuangan, pengorbanan dan pengabdian adalah nilai yang harus senantiasa menancap pada sanubari mahasiswa Indonesia," harapnya.

Pembicara lainnya, Muh. Idris Tunru, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) mengatakan ekspektasi IAIN Manado adalah menjadi destinasi keilmuan pada aspek multikultural. "Tumbuhnya budaya keilmuan yang multikultural akan menjadikan Lembaga Pendidikan Islam dan keilmuan lain di IAIN sebagai distingsi dengan kampus lainnya," kata Idris.

Narasumber lain yang tampil pada seminar dengan tema: "Reposisi Pendidikan Islam Perguruan Tinggi di Era Revolusi Informasi" adalah Nurlaila Harun, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), dan Suprijati Sarib, Dekan Faultas Syariah. Pada hari sebelumnya, Jum`at (22/09) telah hadir sejumlah narasumber diantaranya Prof. Dr. Afandi Saleh (Universitas Sultan Zainal Abidin Malaysia), Prof. Rohizaini Yaaqub (Universitas Sains Manusia), Prof. Dr. Thib Raya (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Prof. Dr. Ismail Suardi Wekke, Ph.D (STAIN Sorong).

Kegiatan International Student Conference Islamic Studies HIMADIKSI diikuti oleh kurang lebih 200 orang. Diselenggarakan pada tanggal 21 s/d 23 September 2017 dengan menghadirkan HIMADIKSI PTKIN se-Indonesia dan mahasiswa Bidikmisi IAIN Manado.

Sementara itu Evra Willya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan IAIN Manado memberikan apresiasi yang tinggi kepada mahasiswa Bidikmisi atas prakarsa menyelenggarakan seminar internasional ini. Evra menerangkan total penerima beasiswa Bidikmisi IAIN Manado berjumlah 291 orang dengan perincian Tahun 2013: 31 orang, 2014: 20 orang, 2015: 40 orang, 2016:95 orang dan 2017: 94 orang. (RB/dod)


Tags: