Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam melakukan koordinasi bersama mitra Perguruan Tinggi Program Beasiswa Santri

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam melakukan koordinasi bersama mitra Perguruan Tinggi Program Beasiswa Santri

Depok (Pendis)-- Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ditjen Pendidikan Islam Kemenag menyusun strategi baru Program Beasiswa Santri 2022. Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghafur mengungkapkan, beberapa hal harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di tahun 2022.

"Khususnya untuk tahun depan, skema dan prodi-prodi apa saja yang kira-kira dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan. Ini harus kita rumuskan bersama," paparnya saat memberi Pengarahan dalam giat Koordinasi Persiapan Program Beasiswa Santri Berprestasi di Depok, Jawa Barat, Kamis (08/12/2021).

Koordinasi Persiapan Program Beasiswa Santri Berprestasi dilaksanakan selama tiga hari 6-8 Desember 2021, diikuti 35 perwakilan kampus mitra PBSB yang tersebar dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Waryono mengingatkan tentang visi besar Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yakni semakin menguatkan peran dan fungsi pesantren di tengah masyarakat.

PBSB sejatinya sudah berjalan sejak tahun 2005 dan menjadi perangkat afirmasi negara kepada pesantren dengan cara membangun kapasitas santri menjadi lebih terdidik di sektor formal. Dengan demikian saat kembali ke pesantren mereka dapat melakukan pengabdian dengan kapasitas yang lebih baik.

Waryono berharap, santri-santri penerima beasiswa pada saat nanti akan menjadi insan-insan yang ahli dalam bidangnya masing-masing, baik dalam ilmu agama maupun ilmu lainnya. Sehingga ketika kembali ke pesantren akan membawa peran yang signifikan dan menularkan ilmunya untuk diajarkan kepada santri-santri yang lain.

"Misalnya yang mengambil manajemen akan membangun pesantren dari sisi manajemen. Yang di kesehatan melakukan promosi kesehatan dan membenahi paradigma kesehatan masyarakat dari paradigma mengobati kepada paradigma mencegah," ungkapnya. (HI)

Untuk mencapai tingkatan itu santri harus didorong untuk dapat melanjutkan jenjang studinya dan mencapai jenjang doktoral dalam waktu tertentu. 

"Misalnya target 10 tahun harusnya bisa mengantarkan santri-santri menyelesaikan doktoral. Namun demikian kecepatan lulus ini jangan sampai meminggirkan hal lain yang lebih penting yakni kualitas. Ini juga bisa jadi bahan evaluasi kita semua, assessor seringnya menanyakan berapa mahasiswa yang lulus tepat waktu, dari pada pertanyaan terobosan atau temuan apa yang dihasikan mahasiswa yang memiliki nilai manfaat bagi kehidupan." tuturnya.

Waryono menambahkan, bagaimanapun hal yang penting dirumuskan pertama terkait pilihan-pilihan prodi yang akan ditawarkan dalam program beasiswa. Pilihan-pilihan tersebut harus dikorelasikan dengan kebutuhan empirik-faktual ditengah masyarakat. 

"Karena itu kami akan fokus kepada prodi-prodi yang menurut pertimbangan kami itu lebih dibutuhkan. Saya berharap bapak-ibu bisa merumuskan itu bersama-sama sehingga santri-santri akan lebih bermanfaat dan bermartabat dengan pengabdiannya," tutur Waryono.

Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Basnang Said, mengungkapkan, akan ada perbedaan skema beasiswa santri di tahun depan. "Ada hal yang berbeda nanti di tahun depan, berkaitan dengan pengelolaan PBSB karena akan ada juga beasiswa LPDP santri. Kami igin skema yang dibangun dapat mensinergikan dua program ini," ujarnya.

Basnang menegaskan, prinsip dasar pengelolaan beasiswa akan mengacu pada Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 30 tentang Pendirian Pesantren dan PMA nomor 31 tentang Pendidikan Pesantren. Dua PMA tersebut merupakan turunan dari Undang-Undang nomor 18 Tahun 2019 terntang Pesantren.

"Karena itu, misalkan dalam hal rekrutmen, PBSB tentu diprioritaskan bagi santri-santri lulusan lembaga pendidikan baik itu formal atau pendidikan non formal," tuturnya.