Menteri PPN/Kepala Bappenas Tinjau Gedung SBSN di UIN SATU Tulungagung

Menteri PPN/Kepala Bappenas Tinjau Gedung SBSN di UIN SATU Tulungagung

Tulungagung – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Nasional (Menteri PPN/ Kepala Bappenas) Dr.(H.C.) H. Suharso Monoarfa lakukan peninjauan gedung SBSN Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung, Jum’at (01/10/2021).

Wakil Rektor I UIN SATU Tulungagung, Dr. Abd. Aziz, M.Pd.I dalam sambutannya mengucapkan  selamat datang kepada menteri beserta rombongan dan mewakili civitas akademika juga mengucapkan terimakasih atas fasilitas yang luar biasa berupa pembangunan tiga gedung megah yang dibangun  dengan anggaran Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN).

“ Terima kasih untuk fasilitas gedung yang dibangun dengan SBSN, tiga gedung tersebut, yaitu gedung KH Saifuddin Zuhri yang dibangun pada 2015 senilai 35 milyar rupiah, gedung KH Arief Mustaqiem yang dibangun pada 2016 senilai 42 milyar rupiah dan gedung Perpustakaan yang dibangun pada 2019 senilai 25 milyar rupiah dan Alhamdulillah kami pada 2022 juga diberikan kembali sejumlah 36 Milyar dan In syaallah lokasi kami masih banyak pak menteri,” kata Aziz.

Sementara itu, Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa pendidikan tinggi itu memang tumbuh dan luar biasa berkembang di tanah air kita tercinta.

“Ada lebih lebih  4800an perguruan tinggi dan tidak sampai 10 persen yang dikelola oleh pemerintah melalui BHMN (Badan Hukum Milik Negara) atau lainnya dan  sisanya dikelola oleh swasta.”ucapnya.

Menurutnya, UIN Tulung Agung  menjadi salah satu bagian yang didemonstrasikan kehadirannya oleh kemampuan kapasitas fiskal nasional. Terlepas dari cara pembiayaannya seperti apa, salah satunya SBSN. Hal ini patut disyukuri oleh segenap civitas akademika, para guru besar di sini dan wabil khusus para mahasiswa, karena lembaga pendidikan tinggi yang dibiayai oleh masyarakat jauh lebih besar dibanding yang dibiayai oleh pemerintah yang salah satunya adalah UIN Tulungagung ini.

“Biasanya sesuatu yang elit itu tuntutan hasilnya mesti besar sekali, dampaknya juga besar sekali. Jadi harapannya seperti tadi disebut Ibu Wakil Gubernur dari sini, Ibu Bupati Blitar juga alumni dari sini, maka UIN bisa menjadi center of excellence di wilayah ini yang melahirkan kader-kader terbaik di wilayah ini yang bisa dipersembahkan untuk keperluan nasional,” tutur Suharso.

Selain itu, Suharso juga berharap supaya dikembangkan program-program studi yang punya potensi atau yang mampu menjawab tantangan-tantangan ke depan. Sebab tradisi belajar, tradisi pendidikan tinggi itu sudah dicontohkan jauh hari oleh sejarah peradaban dunia ini dimana salah satu pelopornya adalah para guru besar, para pendidik dari para cendekiawan muslim.

Lebih lanjut, Suharso mengatakan  cendekiawan-cendekiawan muslim itu luar biasa hebatnya sebelum abad pertengahan. Kira-kira ada 700 tahun cendekiawan muslim itu menguasai dunia. Kemudian mulai menurun  pada abad pertengahan atau abad ke-15 dan itu menandai bangkitnya barat Eropa dan mereka mengatakan itulah zaman rennaissance, zaman kebangkitan. Jadi zamannya kebangkitan itu ditandai dengan turunnya peranan dari pendidikan yang awalnya dimotori, dipelopori, diteladankan oleh para cendekiawan muslim.

“Luar biasa, tujuh ratus tahun lamanya dikuasai oleh cendekiawan kita dan itu dimulai sejak Rasulullah menyebarkan, menebarkan kedamaian di jazirah Timur Tengah dan sampai masuk ke Eropa,” katanya.

Oleh karenanya, kalau kita percaya pada sejarah maka saat ini sudah kurang lebih 700 tahun dunia dikuasai oleh para ilmuwan barat, dan kini saatnya cendekiawan muslim harus kembali menguasai dunia, terangnya.

Suharso menyebut beberapa tokoh muslim yang mendapatkan hadiah Nobel seperti Doktor Abdul Salam yang mendapatkan hadiah Nobel di bidang Fisika dan Presiden Mesir, Anwar Sadad yang mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian.

Suharso mencontohkan betapa besarnya kontribusi para cendekiawan Islam kepada ilmu pengetahuan. Dia mencontohkan bahwa vaksin yang ada sekarang tidak lepas dari teori yang ditemukan cendekiawan muslim bernama Ar Razi atau di yang dikenal Rhazes. Meskipun yang kemudian diakui di dunia kedokteran adalah seorang dokter dari Barat, namun dokter tersebut mengakui bahwa metodologi yang dia dapat adalah dari Rhazes.

Suharso berharap para mahasiswa UIN, dengan prodi yang sudah terbuka ke prodi umum, mau menghidupkan tradisi itu dengan dibimbing oleh para guru besarnya. Agar terjadi komunikasi yang baik, para guru besar jangan menempatkan dirinya menjadi elit dan ekslusif seperti menara gading, karena akan membuat pengetahuannya tidak dapat disebarluaskan dan  tidak ada diseminasi terhadap pengetahuan itu, akibatnya pengetahuan hanya untuk dirinya sendiri dan disitulah terjadi kekakuan kemudian penurunan kualitas dan akhirnya dilindas oleh sejarah.

“Hidupkan tradisi diskusi dan dialog para mahasiswa dengan para dosen dan guru besarnya di UIN Tulungagung., agar  benar-benar menjadi sebuah universitas terdepan di kawasan ini dan kehadirannya benar-benar mencerahkan dan dirasakan oleh masyarakat,”tegas Suharso

Hadir menyambut Menteri PPN/Kepala Bappenas antara lain Wakil Rektor I UIN SATU Tulungagung, Dr. Abd. Aziz, M.Pd.I. yang mewakili Rektor yang sedang berhalangan hadir serta segenap pejabat dan jajaran di lingkungan UIN SATU Tulungagung, Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo beserta Forkopimda, Perwakilan dari Kementerian Agama RI serta beberapa pejabat lainnya. (Ulil/Hik)


Tags: