Mewujudkan Pendidikan Ramah pada Anak Perlu Kerja Sama Semua Pihak

Mewujudkan Pendidikan Ramah pada Anak Perlu Kerja Sama Semua Pihak

Jakarta (Suara Pembaruan)-Untuk mewujudkan pendidikan yang ramah perlu adanya kerja sama positif semua pihak, baik keluarga, sekolah, maupun pemimpin masyarakat untuk memberi teladan tentang indahnya hidup tanpa kekerasan. Hal ini sangat penting mengingat kondisi sosial yang sangat kompleks dewasa ini, membutuhkan suatu sistem pendidikan yang terintegrasi.

Demikian dikatakan Koordinator Forum Pendidikan, Suparman kepada SP di Jakarta, Selasa (17/3) sore.

Ia mengatakan, ada bebrapa faktor yang bisa menjadi penyebab kekerasan pada anak, seperti faktor kesibukan orang tua. Menurut Suparman yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Persatuan Guru Seluruh Indonesia ( PGSI) ini, ada beberapa faktor penyebab kekerasan, seperti pembinaan dan pendampingan kepada anak yang kurang memadai karena kesibukan dan kurangnya bekal kemampuan mendidik pada orang tua, sehingga orang tua mendidik anak dengan pola kekerasan, maka hal tersebut dapat menimbulkan reproduksi tindakan kekerasan pada anak.

Faktor lain, paparnya sulitnya ekonomi juga dapat menjadi pemicu tindakan kekerasan akibat munculnya kecemburuan sosial dan tontonan yang disuguhkan media masa menjadi pelengkap sarana kekerasan.

Selain orang tua, Suparman mengungkapkan, sekolah mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengisi dan melengkapi nilai dan norma yang tidak didapatkan di rumah mengenai berbagai pengetahuan tentang nilai moralitas. Namun, dengan waktu yang sangat terbatas menyebabkan sekolah tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Di samping itu, masih terbatasnya fasilitas pendukung pembentukan karakter anak untuk menghindari atau mengurangi tindakan-tindakan kekerasan.

"Jumlah guru bimbingan konseling yang terbatas, juga tidak dapat sempurna menjalankan fungsinya," kata Suparman. Namun di sisi lain, sekolah secara relatif sebenarnya sudah mampu ikut dan menanamkan nilai-nilai anti kekerasan.

Sayangnya, masyarakat, termasuk pemimpin sering mempertontonkan perilaku kekerasan secara terbuka sehingga pesan moral yang dibangun di sekolah menjadi bias ketika anak berada di tengah masyarakat.

Penulis: Maria Fatima Bona/PCN


Tags: