Ali Ramdhani (DIRJEN PENDIS)

Ali Ramdhani (DIRJEN PENDIS)

Garut (Pendis) – Program Penguatan Kurikulum Pendidikan Moderasi Beragama (MB) yang dimaksudkan untuk membekali dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya pemahaman moderasi dalam menjalani kehidupan bernegara, khususnya dalam kehidupan beragama terus digalakan.

Program yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah serta Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) diselenggarakan di Garut, Selasa (08/07/2023). 

Kegiatan ini merupakan salah satu program prioritas Kementerian Agama Republik Indonesia dan merupakan salah satu program unggulan dari Direktorat KSKK Madrasah dan Direktorat PAI Ditjen Pendidikan Islam. 

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, M. Ali Ramdhani dalam arahannya menyampaikan bahwa pengarus utamaan Pendidikan Moderasi Beragama sebagai bagian dari kurikulum yang sangat penting dalam sebuah satuan Pendidikan.

Mengingat bahwa warga negara Indonesia mayoritasnya adalah pemeluk beberapa agama yang secara sah diakui oleh negara berdasarkan undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Ramdhani mengafirmasi bahwa sudah sepatutnya untuk bersyukur dapat hidup disebuah republik yang luar biasa dengan keanekaragaman yang merupakan pemberian terbesar dari Sang Khaliq. 

"Negara kita dianugerahi beraneka ragam suku, budaya dan variasi bahasa lokal dari tiap-tiap provinsi yang ada di Indonesia," kata Ramdhani di Garut, Selasa (08/07/2023).

Ramdhani mengungkapkan dalam 22 tahun mendatang Indonesia akan menjadi negara dengan salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. “Ada sebuah prasyarat yang harus dilakukan agar Indonesia mampu berada dalam kondisi tersebut, yaitu tetap menjaga kondusifitas kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan sebuah kilas balik pada peserta kegiatan bahwa pernah ada sebuah negara yang berkembang tiba-tiba sebuah eskalasi politik yang diawali oleh konflik beragama dapat meruntuhkan keharmonisan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan beragama di negara tersebut. 

“Dahulu agama hadir untuk menghancurkan berhala, tetapi saat ini agama dijadikan berhala yang dipuja-puja namun esensi ajaran dari agama tersebut telah diitinggalkan. Semoga hal tersebut tidak terjadi di negara Indonesia yang sama-sama kita cintai ini,” ungkapnya.

Didalam pertumbuhan sebuah negara haruslah disertai dengan sebuah keharmonisan dalam bermasyarakat, lanjut Ramdhani, sehingga tujuan dari negara tersebut dapatlah dicapai secara efektif dan efisien serta dirasakan manfaatnya oleh Masyarakat atau warga negara. 

Ramdhani menjelaskan pula bahwa agama hadir sudah sangat moderat yang berkaca melalui kelahiran Rasulullah SAW sebagai utusan Sang Khaliq yang beriringan dengan sebuah ayat pada surat Al-Anbiya ayat 107 : ”Wa Maaa Arsalnaaka illaa Rohmatallil Aalamiin, Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. 

"Setiap Insan yang moderat dapat dipastikan bahwa mereka memahami dan menjalankan nilai-nilai keagamaan dengan baik, namun sebaliknya pribadi yang tidak moderat itu adalah orang yang baru belajar tentang agama yang diyakininya," pungkas Ramdhani.

Senada dengan Dirjen Pendis, Ummu Salamah selaku Guru Besar Ilmu Sosial Universitas Pasundan yang juga merupakan tokoh masyarakat Garut memberikan apresiasi kegiatan ini, karena menurutnya efek dari pelaksanaan program Moderasi Beragama sangat positif dan mengedukasi masyarakat.

Alumni program Doktoral Universitas Padjadjaran tersebut juga mengungkapkan bahwa Moderasi Beragama sangat penting karena Indonesia yang warga negaranya sangat religius dan majemuk, meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama tertentu. 

“Masyarakat Indonesia sangat lekat dengan kehidupan beragama, nyaris tak ada satupun hal pada kehidupan sehari-hari masyarakat kita yang tidak berkaitan dengan agama,” ungkap Ummu Salamah.

Beliau menyadari bahwa Moderasi Beragama hadir dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan beragama suatu bangsa. Melalui Moderasi Beragama maka akan tercipta keindahan hidup dalam bermasyarakat. 

“Sikap saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan antar sesama warga dapat mewujudkan kehidupan Masyarakat yang harmonis,” imbau Ummu.

Warga Negara Indonesia yang masyarakatnya menjadi pemeluk beberapa agama yang diakui oleh negara memang sudah seharusnya memiliki instrument yang mampu menghilangkan sekat-sekat perbedaan yang dapat menimbulkan konflik apabila tidak dirawat dengan baik.

"Dan Moderasi Beragama adalah salah satu instrument tersebut yang dapat menjadi perekat dan menyulam persatuan dalam sebuah kebhinekaan sehingga kondisi damai dan tentram selalu menanungi kehidupan bermasyarakat," tukasnya.

Ummu berpesan Indonesia merupakan negara yang kaya akan kearifan lokal nya, maka hal itu dapat dijadikan formula untuk memperkokoh Moderasi Beragama dan menguatkan rasa silih asah, silih asih dan silih asuh antar sesama warga negara.

Kegiatan ini dihadiri Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Direktur PAI, Direktur KSKK Madrasah, Tokoh Masyarakat, Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa/Siswi dari beragam lembaga pendidikan.