Kegiatan P5RA MAN IC Bangka Tengah yang pertama dengan tema "Kearifan Lokal".

Kegiatan P5RA MAN IC Bangka Tengah yang pertama dengan tema "Kearifan Lokal".

Babel (Pendis)—Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia (IC) Bangka Tengah (Bateng) mendesain batik  dan produk daur ulang dalam rangka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil’alamin (P5RA). Kegiatan P5RA merupakan bagian dalam kurikulum merdeka yang bertujuan agar para siswa memiliki karakter yang mandiri, kreatif, dan inovatif.

Kepala MAN IC Bateng, Musran mengatakan bahwa P5RA menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek dalam program intrakurikuler di kelas.

“P5RA bertujuan untuk mewujudkan karakter profil pelajar Pancasila yakni berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya,” jelasnya, Senin (13/2).

Selain itu, kata dia, P5RA merupakan kekhususan di Kementerian Agama yang difokuskan pada penanaman moderasi beragama yang diimplementasikan dalam kegiatan yang terprogram.

“Dalam kurikulum merdeka, yang tercantum adalah P5. Namun, khusus untuk madrasah, ada penambahan P5RA. Jadi, P5RA MAN IC Bateng menekankan pada prinsip-prinsip holistik, kontekstual, berpusat pada peserta didik, ekploratif, dan moderasi bergama,” urainya.

Wakil Kepala Bidang Kurikulum MAN IC Bateng, Sumarno menjabarkan, P5RA  dilaksanakan oleh siswa kelas X sebanyak 90 orang. Mereka, kata dia, dibagi menjadi 16 kelompok dengan masing-masing satu pembimbing.

“Dalam satu tahun pelajaran para siswa melakukan tiga P5RA. Proyek mendesain batik dan produk kewirausahan ini merupakan yang ke dua. Tema yang diangkat sebelumnya adalah kearifan lokal,” katanya.

Sementara itu, Koordinator P5RA MAN IC Bateng, Agus Setiawan mengungkapkan para siswa diminta untuk mendesain batik yang nantinya akan dipatenkan menjadi khas MAN IC Bateng.

“Setiap kelompok P5RA akan mendesain batik khas sesuai dengan kreasi masing-masing. Selain batik, para siswa juga membuat produk dari bahan daur ulang yang ramah lingkungan,” katanya.

Agus menambahkan, para siswa diarahkan untuk mendesain batik dengan motif khas Bangka Belitung.

“Banyak keunikan dari Bangka Belitung yang bisa diangkat menjadi motif batik mulai dari tanaman, hewan, maupun kebudayaan,” ujarnya.

Selain mendesain batik, kata dia, para siswa juga membuat produk lain yang ramah lingkungan seperti tas dari barang bekas, buku dari kertas daur ulang, suvenir, lampu, parfum, lilin aroma terapi, dan buket.

“Setiap kelompok diwajibkan membuat desain batik, tetapi diberi kebebasan untuk membuat produk lain dari barang bekas atau produk ramah lingkungan,” urai Sarjana Teknik Universitas Ahmad Dahlan itu.

Sebelum membuat mendesain batik dan membuat produk daur ulang, para siswa telah melakukan presentasi proposal di depan penguji. Produk P5RA karya siswa akan dipamerkan dan dijual.