Sesditjen Pendis: Jangan Bermain-Main Soal Data

Sesditjen Pendis: Jangan Bermain-Main Soal Data

Bekasi (Pendis) - Dalam perencanaan, data adalah sumber rujukan utamanya. Perencanaan tanpa base on data yang valid, maka akan membuat perencanaan tidak baik. Data yang notabene adalah properti institusi maka data itu sangat berharga. Oleh karena itu, data harus diseriusi dalam pengelolaannya. "Jangan sampai data beralih ke institusi lain, jika data dapat diakses lembaga lain, maka data itu menjadi haknya yang nantinya bisa diadvokasi untuk perencanaan mereka," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Sesditjen Pendis), Moh. Ishom Yusqi, di Bekasi-Jawa Barat, Rabu (17/05/2017).

Dalam forum Koordinasi dan Evaluasi Pendataan Pendidikan Islam tersebut Isom kembali menegaskan bahwa data pendidikan Islam yang berada di EMIS (Education Management Information System) harus lebih dinamis mengikuti perkembangan jaman dengan berbagai tuntutannya. "Pengelolaan Data EMIS harus lebih diseriusi. Entitas pendataan yang ada di EMIS jangan terlalu normatif dan monoton, yang masih berkutat pada "jumlah"; jumlah mahasiswa, jumlah dosen, jumlah ketenaga pendidikan," kata Profesor Isom di hadapan para awak Data EMIS dari berbagai Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTKIN) dan Kopertais se-nusantara ini.

Data EMIS, lanjut alumus IAIN (sekarang UIN) Maulana Malik Ibrahim ini, harus mengakomodir Tri Dharma perguruan tinggi yang meliputi aspek Pendidikan, Penelitian & Pengembangan serta Pengembangan pada Masyarakat. "Data dinamis dosen misalnya, meliputi keahlian, mata kuliah yang diampu, berapa tahun dan berapa jam mengajar mata kuliah itu. Pilot aja bisa terekam berapa jam terbangnya, kenapa dosen tidak terekam jam mengajarnya?," ungkap Sesditjen Pendis yang didamping Kepala Bagian Data, Sistem Informasi dan Hubungan Masyarakat Mizan Sya`roni dan para Kepala Sub Bagian Data dan Sistem Informasi Diniyah, Pondok Pesantren, Madrasah dan Perguruan Tinggi.

Masih berkaitan dengan data, lanjut mantan Kepala Sub Direktiorat Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit. PTKI) pendataan alumni dan diasporanya juga harus ada dan jelas. "Data alumni dan penyebarannya harus jelas; beraktifitas dimana dan kompetensinya. Kalau alumni dan diasporanya terdata dengan baik maka akan mendongkrak nama perguruan tinggi tersebut dikarenakan bisa mengetahui kiprah para alumninya baik pada level nasional maupun internasional," kata Isom.

Menyinggung permasalahan internal di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam khususnya di Dit. PTKI akan Program 5ribu Doktor, Isom menginstruksikan agar pendataan terkait program 5ribu doktor juga diupgrade. "Dalam perencanaan program 5ribu Doktor yang telah berjalan, untuk selanjutnya jangan berdasarkan insting, estimasi dan perkiraan saja. Berapa tingkat kebutuhan Doktor di perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia berdasar atas data berapa jumlah dosen bergelar S2, tingkat TOAFL dan TOEFL," kata Isom Yusqi. (@viva_tnu/dod)


Tags: