Kuliah Umum: ASEAN and the Asian Century di UIII pada Jumat (4/8/2023).

Kuliah Umum: ASEAN and the Asian Century di UIII pada Jumat (4/8/2023).

Depok (Pendis) --- Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) menggelar kuliah umum atau public lecture dengan mendatangkan Yang di-Pertua Dewan Rakyat Malaysia (Parlemen Malaysia), Tan Sri Dato' Johari bin Abdul. Kuliah umum ini mengangkat topik "ASEAN and the Asian Century" dan diadakan di kampus UIII Depok, pada Jumat, 4 Agustus 2023. Acara ini dimoderatori oleh Dekan dari Fakultas Ilmu Sosial UIII.
 
Dalam sesinya, Dato’ Johari menjelaskan bahwa di abad ke-21, disebut bahwa Asia akan mendominasi global politik dan budaya Asia, sejajar dengan karakterisasi abad ke-19 di mana dikuasai oleh Kekaisaran Inggris, dan abad ke-20 yang didominasi oleh Amerika. 

Ia juga menjelaskan bahwa kinerja ekonomi Asia sangat kuat. Hal ini ditopang oleh kuatnya ekonomi China dalam beberapa dekade terakhir. Di mana di China kemiskinan berhasil diberantas dengan ekonomi mereka yang semakin maju. Menurutnya suka atau tidak suka, dalam beberapa tahun yang akan datang, China akan menjadi kekuatan ekonomi dunia apabila mereka terus berjalan seperti ini. 

“Dunia sedang berubah, dan hampir pasti, saya katakan, tanpa keraguan bahwa Cina akan menjadi ekonomi dunia, anda suka atau tidak, Cina akan menjadi ekonomi dunia dan Cina ada di Asia,” ungkapnya dalam kelas yang diisi oleh mahasiswa dan kalangan umum.
 
Dengan Cina yang sedang menuju ekonomi nomor satu di dunia. Ia melihat banyak peluang yang bisa diambil oleh Indonesia dan Malaysia, serta negara-negara di kawasan ASEAN lain. menurutnya dengan lebih dari 300 juta populasi dari masyarakat Malaysia dan Indonesia saat ini, kita bisa memanfaatkan dan belajar dari Cina sehingga kita dapat membentuk ketahanan pangan yang solid.

Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN lain memiliki lahan yang luas, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM), sementara itu Cina memiliki keahliannya, sehingga menurutnya negara ASEAN harus bekerja sama untuk membentuk ketahanan pangan yang tidak akan terganggu oleh adanya perang, misalnya oleh perang yang terjadi di Rusia dan Ukraina saat ini. 

“Di sinilah yang menarik, ASEAN berpenduduk 680 juta jiwa. Dalam diri Anda dan saya, Indonesia dan Malaysia digabungkan, kita memiliki 300 juta orang, artinya setengah dari populasi berada di sini. Dapatkah Anda membayangkan kekuatan yang kita miliki? Bisakah Anda bayangkan, peluang seperti apa yang kita miliki? Kami akan menggabungkan kekuatan, tenaga kerja, kecerdasan, uang, pengalaman, ditambah ketika China menjadi ekonomi dunia, kami harus mengambil posisi sekarang. Untuk mempersiapkan masa depan. Ini adalah saat Anda dan saya menjadi penting hari ini. Gagasan apa yang kita bicarakan hari ini, dan hal-hal apa yang menjadi topik dunia saat ini?” ungkapnya.

“Ketahanan pangan nomor satu, Indonesia punya tanah. Setiap negara di ASEAN memiliki tanah dan kami memiliki teknologi dan sumber daya manusia, dan orang Tionghoa di Tiongkok memiliki semua keahlian tersebut. Kita harus bekerja sama dengan mereka untuk memastikan bahwa ASEAN menjadi hub di mana ketahanan pangan harus berlabuh di sini. Karena apa pun yang terjadi di dunia, baik perang di Rusia dan Ukraina atau perang apa pun tidak akan mempengaruhi kita. Karena kita harus menjadi ladang persediaannya dan kita akan memiliki makanan untuk menjaga populasi,” lanjutnya.

Climate Change di wilayah ASEAN

Selain itu, ia juga melihat bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki kepentingan yang sama dalam hal memulai energi hijau. Hal ini terlihat dari adanya agreement antara kedua negara untuk investasi di bidang ini. Menurutnya keduanya mempunyai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan solar sistem, biogas, biomass, dan hydro.

“Sekarang teknologi telah maju, kita harus menghilangkan fosil, kita harus menghilangkan batu bara, kita harus menghilangkan pembakaran arang, dan melihat sekeliling kita apa itu energi terbarukan. Lihatlah kami bagaimana beralih ke energi hijau, Pada akhirnya kami tidak hanya menggunakannya hari ini, tetapi lagi untuk besok dan lusa, sehingga seluruh penduduk hari ini dan penduduk tahun-tahun mendatang akan melayani dan menjadi aman. Itulah mengapa energi hijau masuk ke dalam gambar.”
 
“Alhamdulillah Indonesia dan Malaysia sepakat kita akan menggunakan sumber daya, seperti solar sistem, biogas, biomassa, dan hydro. Ini adalah sumber energi yang berkontribusi pada perbaikan dunia,” katanya.

Hal tersebut disetujui oleh moderator, Philips J. Vermonte, menurutnya kita jangan sampai mengisolasi diri kita dari dunia luar,  salah satunya berkaitan dengan isu perubahan iklim. menurutnya kita perlu mempunyai pendirian mengenai perubahan iklim. ”Kami menghadapi tekanan dari Eropa dan negara maju terkait perubahan iklim. Jadi kita perlu memiliki pendirian tentang perubahan iklim,” jelasnya.

Keterikatan dan Asian Century di ASEAN 

Ketika berbicara mengenai ASEAN, ada sebuah ikatan yang membuat satu sama lain saling membantu. Sehingga ia melihat bahwa seharusnya ada lebih banyak program yang bisa diperkenalkan. “Seperti yang dikatakan Prof. Komaruddin bahwa kita memiliki ikatan, dan di antara kita, kita harus saling membantu. Saya yakin seharusnya banyak program yang bisa kita perkenalkan. Seperti pergantian mahasiswa dan dosen ke berbagai universitas, pertukaran akademik, dan pertukaran budaya, tidak hanya antara Indonesia dan Malaysia, tetapi antar negara ASEAN, dan negara-negara di belahan Asia lainnya,” tutupnya.

Rektor UIII, Prof. Komaruddin, dalam sambutannya juga menyinggung bahwa Asian Century memiliki janji dan potensi yang sangat besar. Menurutnya, “saat negara-negara di kawasan kita berjuang untuk kemajuan dan kemakmuran, ASEAN muncul sebagai mercusuar persatuan, kolaborasi, dan saling pengertian. “Organisasi regional dengan sepuluh negara anggotanya ini telah menunjukkan kekuatan kerja sama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pertukaran budaya, dan stabilitas kawasan,” jelasnya.

“Sepanjang sejarah, Asia Tenggara telah menjadi tempat percampuran budaya, peradaban, dan gagasan. Negara-negara ASEAN, seperti benang permadani yang semarak, telah menjalin narasi keragaman dan ketahanan yang kaya. Di sinilah, dalam semangat kesatuan kita dalam keragaman, kita menemukan kunci untuk membuka potensi penuh dari Asian Century,” katanya

Philips J. Vermonte juga melihat optimis bahwa Asian Century akan datang. Saat ini dalam penglihatannya, Indonesia memiliki banyak sumber daya yang dapat berkontribusi untuk mengatasi masalah global yang dihadapi dunia saat ini, seperti misalnya ketahanan pangan dan perubahan iklim. 

“Asian Century akan datang, suka atau tidak adalah fakta. Dan kami memiliki lebih dari beberapa sumber daya yang dapat berkontribusi untuk mengatasi masalah global yang dihadapi dunia saat ini, ketahanan pangan, kami memiliki lahan yang sangat luas di Asia Tenggara. Dalam hal perubahan iklim, kami tidak memiliki pengetahuan yang cukup tetapi kami adalah sumber energi terbarukan, tenaga surya, dan tenaga angin dan belum mengolahnya,” katanya.

“Formula dari Tan Sri berikan, mimpi, keberanian, dan ilmu, sekarang hal tersebut harus menjadi mantra baru kita,” tutup Philips J. Vermote.