Ulama Perempuan Dunia Mengapresiasi Peran Ulama Perempuan Indonesia

Ulama Perempuan Dunia Mengapresiasi Peran Ulama Perempuan Indonesia

Cirebon (Pendis) - Kementerian Agama RI menyelenggarakan "International Seminar on Women`s Ulama" pada Selasa, 25 April 2017 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kegiatan ini merupakan hasil kerja bareng antara Kementerian Agama, IAIN Syekh Nurjati, Panitia Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan AMAN (The Asian Muslim Action Network). Seminar ini diikuti oleh ratusan aktivis perempuan dari 15 Negara, yakni Afghanistan, Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Belanda, Filipina, India, Malaysia, Nigeria, Kanada, Kenya, Pakistan, Saudi Arabia, Singapura, dan Thailand, para pengasuh pondok serta akademisi.

Narasumber dalam kegiatan ini adalah Menteri Agama RI yang diwakili oleh Kepala Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Abdurrahman Masud, Rektor IAIN Syekh Nurjati, Sumanta, para aktivis perempuan dari Malaysia (Zainah Anwar), Pakistan (Bushra Qadeem), Saudi Arabia (Hatoon Al-Fasi), Afghanistan (Roya Rahmani), Kenya (Ulfat Hussein Masibo), Nigeria (Rafatu Abdul Hamid), Indonesia (Badriyah Fayumi, Siti Ruhaini Dzuhayatin, dan Eka Srimulyani).

Semua pembicara dari luar negeri itu memberikan apresiasi yang sangat tinggi atas penyelenggaaan KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) ini. "Ini merupakan langkah mulia dalam membangun peradaban keumatan dan kemanusiaan yang asasi," papar Zainah Anwar. Aktvis perempuan asal Malaysia ini mengakui keluarbiasaan Indonesia yang telah mampu menyeleraskan sejumlah kebijakan dan akses yang terbuka bagi kalangan perempuan. Tidak ada perlakuan kebijakan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan di Indonesia. Ini perlu diapresiasi setinggi-tingginya. Bahkan, menurut Zainah Anwar, "Meski diakui persoalan radikalisasi agama demikian menggurita di Indonesia, namun kekokohan Islam Indonesia yang sangat moderat itu akan mampu meredam masalah itu semua".

Sementara pembicara dari negara lainnya mengakui bahwa di negaranya masing-masing masih menghadapi sejumlah kendala akses dan ketimpangan baik secara kultural maupun kebijakan-negara yang diperlakukan secara berbeda antara perempuan dan laki-laki. Mereka mendorong agar ulama perempuan di negaranya itu untuk banyak belajar kepada ulama-ulama perempuan di Indonesia.

Bahkan, seluruh pembicara juga berharap banyak agar semangat atau spirit Islam Indonesia yang memberi ruang terhadap perempuan dan moderasi Islam ala Indonesia dapat dipromosikan dan dikembangkan ke seluruh dunia yang lebih luas. (swd/dod)


Tags: