UMB Bangun Uji Kompetensi Profesi "Public Relations"

UMB Bangun Uji Kompetensi Profesi "Public Relations"

Jakarta (Suara Pembaruan) - Universitas Mercu Buana (UMB) bersama Lembaga Sertifikasi Profesi Public Relations Indonesia (LSP PRI) menjalin kerja sama dan menyusun tempat uji kompetensi LSP PRI.

Sertifikasi profesi merupakan sistem penyiapan tenaga kerja dalam format paradigma baru dengan dua prinsip. Pertama, penyiapan tenaga kerja didasarkan atas kebutuhan pengguna (demand driven), kedua, proses diklat sebagai wahana penyiapan tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi (competency based training).

Pengembangan sistem penyiapan tenaga kerja dengan paradigma baru ini dimulai pada awal tahun 2000 yang ditandai dengan ditandatanganinya surat kesepakatan bersama (SKB) antara Menteri Tenaga Kerja, Menteri Pendidikan Nasional dan Ketua Umum Kadin Indonesia.

Rektor UMB Dr. Arissetyanto Nugroho MM mengatakan seiring dengan berkembangnya persaingan, maka pendidikan tinggi terus melakukan pembangunan kualitas sumber daya mahasiswa.

"UMB terus melakukan peningkatan kualitas agar lulusannya memperoleh kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang relevan dengan kebutuhan industri, perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan," katanya di sela-sela penandatanganan MoU UMB dan LSP PRI di Jakarta, Rabu (8/4).

Ia menambahkan hal yang menjadi prioritas pengembangan UMB ke depan adalah membangun sertifikasi profesi yang diwajibkan diikuti oleh mahasiswa. Sertifikasi ini merupakan bukti (legitimasi) bahwa mahasiswa tersebut memiliki kemampuan tertentu yang dibutuhkan oleh industri.

Program sertifikasi ini lanjutnya akan meningkatkan peluang mahasiswa untuk dapat bekerja di bidang yang sesuai dengan sertifikasi yang diambil.

"Diresmikannya tempat uji kompetensi LSPPRI, UMB pun berharap sebagai universitas yang terus berkembang, terus bertambah jumlah mahasiswanya, maka UMB akan terus meningkatkan kualitas dan performa untuk dapat membangun kompetensi lulusan UMB," paparnya.

Memasuki tahun 2015, tahun dimulainya kerjasama regional di ASEAN, atau yang kita kenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN membuka kesempatan untuk sumber daya manusia di ASEAN untuk dapat mencari pekerjaan di negara anggota ASEAN lainnya.

Artinya, jika saat ini lulusan pendidikan tinggi yang masuk ke dalam bursa lapangan pekerjaan semakin banyak, dan terus meningkat setiap tahunnya, maka mulai tahun ini pesaing itu akan semakin bertambah banyak karena banyak tenaga kerja dari negara ASEAN datang ke Indonesia untuk bekerja.

Persaingan untuk memperoleh pekerjaan yang menjanjikan karier yang bagus juga akan semakin sulit di masa depan. Realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN ini akan membuka kesempatan kerja kepada warga negara ASEAN yang terdiri dari 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapore, Thailand, dan Vietnam.

Seorang yang memiliki keahlian terampil (skilled labor) akan memperoleh kemudahan mencari pekerjaan yang bagus di dalam pasar ASEAN, oleh karena itu warga negara yang tidak memiliki keahlian akan kalah dari pesaing dari negara lain yang mempunyai keterampilan.

Untuk mendukung persaingan SDM Indonesia di era Masyarakat Ekonomi ASEAN, maka pendidikan tinggi perlu merenungkan keahlian apa yang dimiliki oleh mahasiswanya setelah lulus di kemudian hari.

Pendidikan tinggi perlu membangun skilled labor yaitu pekerja yang mempunyai keterampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, dan kemampuan di bidangnya, yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi, sekolah teknik ataupun dari pengalaman kerja.

Hadir dalam acara tersebut Ketua LSP Public Relations Indonesia, Muslim Basya, MBA, Ketua Umum BPP Perhumas Indonesia Agung Laksamana , Ketua ASPIKOM Dr. Atwar Bajari , Asesor dari LSP PR Indonesia diantaranya Dr. Subagio, Dr. Halomoan Harahap, Irmulan Sati T., SH., M.Si, Dr. Ahmad Mulyana, dan Dra. Henny S.Widyaningsih., M.Si.

Suara Pembaruan

Ari Supriyanti Rikin/AF


Tags: