Jakarta (Pendis) - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI menerima kunjungan dari Australia-Indonesia Institute (AII) di ruang rapat Ditjen Pendis, Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani serta beberpa pejabat eselon II dan staff terkait di lingkungan Ditjen Pendis menyambut dengan hangat rombongan dari AII ini. Kunjungan tahun ini merupakan kunjungan pertama AII ke Ditjen Pendis setelah 2,5 tahun yang ikut dihadiri oleh Emeritus Professor Greg Fealy AM sebagai ketua, Lydia Santoso, Elena Williams, Amanda Hodge beserta perwakilan dari Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Greg menyebutkan, Australia merupakan salah satu negara sahabat yang ikut mendukung presidensi Indonesia pada G20. Tentunya berbagai upaya perlu dilakukan untuk memperkuat hubungan kedua negara, salah satunya dengan pertukaran pemuda muslim.
"Tugas utama AII adalah untuk memperkokoh hubungan kedua negara, salah satunya lewat ranah keagamaan yaitu dengan adanya muslim youth exchange (pertukaran pemuda muslim)," ujarnya.
Greg juga mengusulkan adanya Konferensi Tingkat Tinggi Keagamaan untuk menyemarakkan summit G20 pada pertengahan November di Bali.
Greg juga menambahkan bahwa hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh presiden Joko Widodo bahwa pihak Australia diharapkan dapat menyalurkan warga Australia yang ingin belajar agama Islam ke Indonesia.
Pertukaran pemuda muslim ini disambut baik oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, M Ali Ramdhani dan ditindak lanjuti dengan menunjuk Sekretaris Ditjen Pendis Rohmat Mulyana untuk ditangani lebih lanjut. "Saya kira tentu kami menyambut baik dan mengikuti baik, Pak Sekretaris nanti yang akan menata dan mengatur persoalan ini," katanya.
Direktur DIKTIS, Prof Suyitno mengusulkan untuk kolaborasi dengan AICIS (Annual International Conference on Islamic Studies) yang memang digelar tahunan.
Saat ini, Ditjen Pendis juga sedang melakukan peningkatan mutu tenaga kependidikan Indonesia melalui skema beasiswa LPDP yang kembali diselenggarakan Kementerian Agama setelah sempat berheti karena Pandemi Covid-19. Iapun meminta dukungan dari AII.
"Hal ini dapat diwujudkan dengan menyalurkan mereka kepada penyedia layanan pendidikan baik degree maupun non-degree. Hal-hal teknis sedang disusun, salah satunya kualifikasi tendik mulai dari penguasaan bahasa Inggris hingga skill sosial," jelasnya.
Ditjen Pendis juga meyakinkan bahwa partisipan yang terpilih dipastikan berpegangan pada Islam Wasathiyah yang menjunjung tinggi moderasi beragama. Dimana moderasi beragama itu sendiri merupakan program prioritas Kementerian Agama yang salah satu perwujudannya adalah adanya Rumah Moderasi. Skill bahasa yang merupakan hal krusial juga didiskusikan dengan mengusahakan adanya kelas bahasa untuk persiapan tes IELTS sebagai requirement dari penyedia layanan pendidikan.
Ramdhani juga meminta kepada pihak AII yang dapat memiliki helicopter view untuk membantu pemantauan perkembangan guna meningkatkan kualitas Pendidikan Islam Indonesia
Perwakilan AII, Lydia menambahkan bahwa sebagian masalah yang hadir dalam masyarakat adalah adanya kesalahpahaman antar agama dan budaya. Sehingga pihaknya menyelenggarakan Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP) sebagai salah satu upaya membendung persoalan tersebut.
Sejak AIMEP diselenggarakan pada tahun 2002, pada gelaran dua tahun terakhir ini diadakan secara virtual karena terdampak pandemic Covid-19. Akan tetapi kata Lydia, hal ini memiliki keuntungan yaitu program ini berjalan lebih inklusif dikarenakan dapat dihadiri dari mana saja.
Namun, ia mengaku, salah satu kendala dari AIMEP adalah biaya perjalanan dan akomodasi untuk para peserta sehingga partisipan yang ikut belum bisa bertambah.
"Maka dari itu, jika didukung dengan kerjasama kita, diharapkan dapat menambah baik kualitas maupun kuantitas dari program AIMEP ini," ujarnya.
Bagikan: