Pertemuan Antara Ditjen Pendis dengan DFAT Australia
Jakarta Pendis --- Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI dan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) menggelar pertemuan untuk membahas prioritas kerja sama Pendidikan didampingi oleh INOVASI, pada Jum’at (14/02/2025). Diskusi ini menyoroti sinergi berbagai program di bawah pemerintahan Presiden Prabowo serta penguatan kolaborasi dalam bidang pendidikan dasar, inklusivitas, dan lingkungan.
Tim Stapelton, Minister Counsellor Governance and Human Development, DFAT, menegaskan bahwa Australia terus mendukung sektor pendidikan di Indonesia melalui program kerja sama dengan INOVASI, UNICEF, dan Bank Dunia. Kemitraan ini berfokus pada peningkatan akses dan kualitas pendidikan, terutama bagi siswa di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) serta penyandang disabilitas. “Kami ingin memahami prioritas Indonesia dalam pendidikan dan bagaimana program yang ada dapat diperkuat untuk mencapai hasil yang lebih optimal,” ujar Tim.
Salah satu agenda utama dalam pertemuan ini adalah integrasi pendidikan dengan kesadaran lingkungan. Sekretaris Ditjen Pendis, Arskal Salim, memperkenalkan konsep Kurikulum Cinta, yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan, keagamaan, dan pelestarian lingkungan. “Pendidikan tidak hanya soal pengetahuan kognitif, tetapi juga bagaimana membentuk sikap dan perilaku. Kurikulum ini mengajarkan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ajaran agama yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Arskal.
Selain itu, konsep Green Theology turut menjadi sorotan. Pendekatan ini mengaitkan nilai-nilai teologis dengan kesadaran akan perubahan iklim, mendorong komunitas beragama untuk mengambil peran aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Sementara itu, Anis Masykhur, Kasubdit Vokasi dan Inklusi pada KSKK Madrasah, menyoroti pentingnya penguatan literasi dan numerasi dalam sistem pendidikan. Susan dari DFAT turut mempertanyakan pendekatan inklusivitas dalam pendidikan serta bagaimana sekolah inklusi di Indonesia dapat dioptimalkan.
Arskal Salim Kembali menegaskan bahwa moderasi beragama tetap menjadi bagian penting dalam pengembangan kurikulum, termasuk dalam program-program kerja sama dengan Australia. “Kami ingin memastikan bahwa nilai-nilai keagamaan dalam pendidikan dapat berjalan sejalan dengan upaya membangun lingkungan belajar yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya.
Pertemuan ini ditutup dengan komitmen kedua belah pihak untuk terus memperkuat kolaborasi, khususnya dalam pengembangan kurikulum berbasis nilai kemanusiaan, inovasi pendidikan, dan kesadaran lingkungan.
Bagikan: