Solo (Pendis) - Bimbingan Teknis Pengelola Data Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam menjadi penting perannya dalam memberikan arahan, panduan dan ajang konsultasi dalam kerangka manajemen pendidikan tinggi. Mutu pendidikan tinggi keagamaan Islam dapat dicapai salah satunya dengan pengelolaan data dan informasi yang valid dan akurat secara real-time agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi banyak pihak.
Dalam konteks mutu pendidikan tinggi dibutuhkan kesesuaian antara sifat produk yang dihasilkan dengan pemangku kepentingan pendidikan. Mutu didefinisikan sebagai paduan sifat-sifat produk yang menunjukkan kemampuan dalam memenuhi ekspektasi baik secara langsung maupun tidak langsung, baik tersirat maupun tersurat, masa kini dan masa depan. Sehingga, mutu pendidikan tinggi meliputi berbagai aspek yang terjadi dalam rangkaian kegiatan pendidikan yang dihasilkan perguruan tinggi untuk menghasilkan produk terbaik. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mutu atau kualitas diartikan sebagai (ukuran) baik buruk suatu benda/ jasa dalam kadar, taraf atau derajat.
Untuk mencapai mutu terbaik maka diperlukan manajemen terbaik pula. Dengan demikian, dibutuhkan tata kelola yang berlandaskan kepada keaslian dan akurasi sumber pengambilan kebijakan, dalam konteks ini tentu amat sangat terkait dengan data dan informasi yang berada di dalam lingkungan pendidikan tinggi.
"Cara memperbaiki mutu PTKI dengan data sebagai sumber atau bahan perencanaan. Apabila data tidak valid, maka proses perencanaan menjadi tidak valid pula lalu berimplikasi pada menurunnya mutu pendidikan Islam. Memperbaiki mutu PTKI adalah jihad akbar, salah satunya dengan data yang valid, agar anggaran menjadi tidak bias," menurut Wakil Rektor II IAIN Surakarta Muhammad Munadi dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pengelola Data Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Tahun 2016 di Solo (24/08/16).
Sebagaimana diketahui bahwa proses pengolahan data menjadi informasi kemudian bertransformasi menjadi pengetahuan adalah sebuah siklus, sehingga secara umum pengolahan data menjadi informasi dan pengetahuan melalui tiga tahapan dasar yakni input, proses dan output. Agar lebih mudah dikonsumsi, maka diperlukan kreativitas dalam mengelola data informasi.
"Memulai data mentah memang luar biasa sulit, karena sebelum diolah menjadi informasi maka tidak akan menjadi pengetahuan. Buatlah informasi yang lebih mudah dipahami seperti infografis contohnya. Seringkali kita tidak mau bergerak, padahal pergerakan data sangat cepat sebenarnya, bagaimana memastikan data menjadi benar-benar valid dan real-time sangat penting," ujar Munadi.
Data adalah suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini merupakan hasil suatu pengukuran atau pengamatan variabel-variabel yang tampak di alam berbentuk angka, kata-kata atau citra (gambar). Sementara informasi adalah data-data yang telah diinterpretasi menjadi pengetahuan (knowledge) yang bermakna bagi penggunanya melalui suatu proses tertentu.
"Data EMIS menjadi penting, tugas di awal memang berat tetapi di kemudian hari akan lebih ringan jika data sudah baik. Saya harap para pejuang data PTKIN minimal care terhadap data yang dimiliki, maka mutu akan meningkat. EMIS memiliki fungsi ini dan harus didukung," tegasnya dalam forum yang dihadiri para pengelola data PTKI seluruh Indonesia di bawah naungan Ditjen Pendidikan Islam.
(sya/ra)
Bagikan: