Tangsel (Pendis)--Selesainya 160 Peserta Pendidikan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN-MB) yang berlangsung sejak 27-31 Desember 2019, menjadi hadiah awal tahun 2020. Yang tersertifikasi adalah 60 dosen muda dan 100 mahasiswa pimpinan organisasi kemahasiswaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
Materi tentang keislaman, kebangsaan dan keindonesiaan yang telah disampaikan, didiskusikan dan dianalisis para peserta menjadi bekal terpenting bagi mereka. Bahkan peserta diajak untuk menganalisis kondisi geopolitik termasuk posisi Islam dalam perpolitikan dunia.
"Seorang agen moderasi harus memiliki kapasitas pembacaan yang kritis atas fakta dan berita yang ada di masyarakat," kata Ruchman Basori Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan (31/12).
Ruchman memaparkan kita membutuhkan kader yang dapat menerjemahkan dan menguraikan pergulatan Islam dan budaya secara jernih, sehingga menjadi modal penting tumbuhnya pola pikir dan sikap moderat yang mewarnai kehidupan bangsa.
PIN-MB untuk mahasiswa diselenggarakan pada tanggal 27-30 Desember 2019 bertempat di Lembaga Bina Santri Mandiri (LBSM) Parung dan untuk dosen bertempat di Pusdiklat Keagamaan Ciputat. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Imam Safe’I Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam.
Ahmad Su’aidy, salah satu instruktur yang juga anggota Komisi Ombudsman, memaparkan bagaimana pentingnya membela masyarakat itu bukan an sich agama, namun perlu menonjolkan alasan lainnya seperti kemanusiaan, menghilangkan penindasan, melawan pelanggaran HAM dan sejenisnya. "Isu-isu seperti itu yang dapat mempertemukan dengan komunitas internasional," jelasnya berargumen.
“PIN-MB ini memang sangat penting untuk membekali mahasiswa dan dosen agar tidak terlalu bergembira dengan simbol-simbol agama”, tambah Su’aidy.
Mahrus El-Mawa dalam sessi curah gagasannya membekali tahapan untuk menumbuhkan kekritisan dalam menyikapi informasi, meski berlabel agama. “Munculnya generasi muda yang paham kondisi dengan tradisi kritis sangat penting, agar tidak terjebak pada trut claim keagamaan”.
Anis Masykhur, Sekretaris Pokja Moderasi Beragama Ditjen Pendiidkan Islam mengatakan orang yang memiliki nalar kritis tidak akan mudah tertipu tetapi dia akan memiliki daya tangkal dengan perangkat kecerdasan yang dimilikinya.
“Tahun 2020 diharapkan betul-betul menjadi tonggak menguatkan spirit moderasi beragama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”, pungkas Anis.
PIN-MB digelar diakhir tahun sebagai refleksi mendalam akan implementasi moderasi beragama pada Ditjen Pendidikan, sekaligus sebagai kado terindah di awal tahun 2020. (n15/RB/Solla)
Bagikan: