Jember (Kemenag) — Kisah inspiratif kembali lahir dari dunia pesantren. Wildani Hefni, alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama, membuktikan bahwa santri pun bisa meraih prestasi akademik tertinggi dan menduduki posisi strategis di perguruan tinggi. Di usia yang relatif muda, ia berhasil meraih gelar doktor dan kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Syariah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) Jember untuk periode 2023–2027.
Wildani, akrab disapa Wildan, adalah santri asal Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura. Ia memulai perjalanan pendidikannya dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Madrasah Aliyah Tahfidh (MAT) di lingkungan pesantren yang sama. Sejak kecil, Wildan dikenal sebagai siswa berprestasi yang konsisten meraih peringkat satu di setiap jenjang pendidikan.
Tahun 2009, setelah lulus MA, Wildan mengikuti seleksi Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama. Ia memilih Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal al-Syakhsiyah) di Fakultas Syariah UIN Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa.
“PBSB adalah program beasiswa yang sangat prestisius. Negara benar-benar hadir untuk memberdayakan insan pesantren. Lewat PBSB, saya bisa meraih mimpi besar dalam pendidikan,” tutur Wildani mengenang masa awal perjalanannya.
Selama menjadi mahasiswa, Wildani hidup sederhana. Ia tinggal di pesantren Darun Najah Jrakah, Semarang. Dana beasiswa yang diterimanya sebesar Rp900 ribu per bulan dikelola secara hemat, bahkan disisihkan untuk membeli buku. Untuk menambah pemasukan, ia aktif menulis opini di berbagai media nasional dan regional.
Prestasi akademiknya tak main-main. Wildan meraih IPK 4.0 selama tujuh semester berturut-turut. Ia juga menyabet berbagai penghargaan nasional, seperti Juara I Debat Bahasa Arab tingkat nasional di Universitas Indonesia (2011), Juara II di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010), Mahasiswa Terbaik se-Jawa Tengah versi BTN (2012), dan Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional di IPB (2012). Ia lulus sarjana pada 2013 dengan IPK 3,98 dan predikat lulusan terbaik.
Perjalanan akademiknya berlanjut di jenjang magister dan doktoral di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, keduanya dibiayai oleh beasiswa Kementerian Agama. Pada program doktor, Wildani juga mendapat beasiswa dari pemerintah Australia melalui kerja sama ANU dan Kemenag. Ia menjadi research fellow di Australian National University (ANU), Canberra, di Department of Political and Social Change.
Gelar doktor ia raih pada usia 29 tahun dengan predikat cumlaude. Kini, Wildani tidak hanya mengajar sebagai dosen di UIN KHAS Jember, tetapi juga mengemban amanah sebagai Dekan Fakultas Syariah.
“Program PBSB Kementerian Agama telah membuka jalan bagi saya dan banyak santri lainnya untuk meraih pendidikan tinggi. Ini bentuk nyata perhatian negara kepada pesantren,” ungkapnya.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr. Basnang Said, turut memberikan apresiasi terhadap kiprah Wildani dan para alumni PBSB lainnya.
“PBSB dirancang untuk mempersiapkan kader ulama, pemimpin, ilmuwan, dan profesional santri yang moderat. Banyak alumni PBSB yang kini berkontribusi nyata di tengah masyarakat,” jelas Basnang.
Saat ini, Kementerian Agama kembali membuka pendaftaran Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Tahun 2025 melalui Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA). Salah satu skema beasiswa dalam BIB adalah PBSB yang ditujukan khusus bagi santri berprestasi. Pendaftaran dibuka mulai 1 April hingga 31 Mei 2025 melalui laman https://beasiswa.kemenag.go.id.
Kisah Wildani Hefni menjadi bukti nyata bahwa dari pesantren lahir generasi cemerlang yang mampu bersaing secara global. Ia adalah gambaran nyata bagaimana pendidikan pesantren dan dukungan negara dapat melahirkan pemimpin masa depan.
Bagikan: